Apa yang Anda cari saat berplesir? Sebagian besar orang bakal menjawab jalan-jalan sebagai pelarian untuk melepas penat. Tapi ternyata ada sekelompok orang yang melakukan perjalanan untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia.
Itulah yang dilakoni orang-orang yang bergabung dalam komunitas bernama "Campa Tour". Komunitas ini mengemas perjalanan wisata, bukan sekedar jalan-jalan. Tapi juga menyisipkan misi sosial.
Ya, setiap anggota Campa Tour bakal tak puas atau bahkan menyesal jika mengunjungi suatu daerah yang indah jika hanya meninggalkan jejak dalam sebuah foto. Apalagi jika setumpuk sampah di daerah yang dikunjunginya!
Fitria Chairani, salah seorang penggagas Campa Tour, traveling akan lebih berkesan dan meninggalkan makna jika dibumbui interaksi dengan masyarakat lokal. Dari sana kita bisa mengenal lebih dekat dan mempelajari sejarah peradaban Indonesia.
"Karena kita ngerasa kalau cuman jalan-jalan bawa foto aja nggak ada nilai lebihnya. Jadi di sini kita sekaligus belajar sejarah mengenai suatu budaya dan berinteraksi dengan orang lokal," kata Fitria kepada suara.com baru-baru ini.
Awal mula Fitria mendirikan Campa Tour dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk mengeksplor tempat wisata di Indonesia yang belum banyak diulik. Sebagai orang yang pernah menetap di sebuah desa di Halmahera, Fitria merasa bahwa tempat tinggalnya memiliki potensi untuk menarik kunjungan wisatawan.
"Ternyata banyak potensi wisata yang belum dieksplor. Padahal kalau banyak wisatawan, ekonomi masyarakat lokal juga bisa meningkat. Akhirnya kita cari cara gimana agar turis mau berkunjung ke sana," imbuh Fitria.
Tak hanya itu, perempuan berkacamata ini pun mengaku miris dengan banyaknya campur tangan orang asing dalam pengembangan wisata Indonesia. Menurutnya, masyarakat lokal seharusnya bertindak sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Bukan dijadikan pesuruh dari usaha wisata yang digerakkan orang asing.
Dari sini, Fitria dan teman-temannya bertekad untuk membuat sebuah perubahan. Ia bahkan berani meninggalkan pekerjaannya sebagai pengacara untuk memajukan potensi wisata Indonesia dengan melibatkan masyarakat lokal di daerah tersebut.
"Nggak nginep di hotel dan nyewa boat punya orang asing tapi di setiap trip kita benar-benar melibatkan masyarakat lokal dan pada akhirnya ekonomi mereka bisa meningkat seiring dengan kedatangan kita sebagai wisatawan," imbuhnya.
Dengan konsep baru traveling ala Campa Tour ini, para peserta tidak sekedar dimanjakan dengan keindahan suatu tempat namun juga menghubungkan mereka dengan sejarah dan kearifan masyarakat lokal. Maka, jalan-jalan bareng komunitas ini, peserta tak hanya melihat-lihat tapi juga terlibat dalam kegiatan sehari-hari warga daerah yang dikunjungi. Itu bisa belajar menenun, membuat keramik dan sederet kegiatan seru lainnya.
"Kita berusaha mengemas trip wisata dengan misi sosial, jadi pengalaman yang kami tawarkan berbeda dari trip lainnya," pungkas Fitria.
Untuk merealisasikan ide perubahannya, Fitria menggandeng masyarakat lokal sebagai pembuka jalan sekaligus pemandu bagi para wisatawan yang melancong daerah tersebut. Dengan pendekatan ekonomi, masyarakat lokal akan mendapatkan keuntungan dari program ini.
"Kami bekerjasama dengan penduduk setempat. Jadi kalau ada tamu ke sana, mereka yang akan handle. Kami mau masyarakat lokal yang jadi tuan rumah di daerahnya. Kami hanya sebagai perantara saja," lanjut Fitria.
Setelah dua tahun berdiri, Fitria telah berhasil membawa peserta tripnya mengunjungi Aceh, Nias, Banten, Kebumen, Maluku Utara, Ternate, Sumba, Flores, dan pulau Rote. Tak hanya berlibur, Fitria juga mengenalkan sejarah dan budaya daerah wisata yang dituju.
Pada trip Flores Overland misalnya, Campa Tour mengajak pesertanya untuk mengenal penduduk setempat yakni keturunan homoflorensis yang tergolong purba yang oleh banyak orang dianggap sudah tak ada lagi di planet bumi. Atau dalam perjalanan ke Kebumen, Jawa Tengah peserta diajak untuk ikut terlibat dalam Festival Menangkap Burung Walet. Keseluruhan kegiatan trip tetap melibatkan masyarakat lokal.
Dari berbagai kegiatan yang dilakukan Campa Tour ini, Fitria mengakui adanya perubahan pola pikir masyarakat lokal dan wisatawan. Jika selama ini mereka menganggap bahwa ladang uang hanya ada di kota besar, dengan kehadiran wisatawan di daerah mereka menyadarkan akan potensi wisata yang bisa digali dan menjadi sumber pencaharian.
"Dulu banyak pemuda di Wonosobo misalnya, lari ke Yogya untuk bekerja. Sejak banyak wisatawan ke Dieng dan Wonosobo mereka akhirnya sadar bahwa mereka bisa menjadikan potensi ini untuk meningkatkan ekonominya," sambung Fitria.
Sementara di sisi lain, pengunjung bisa tahu bahwa Indonesia sangat luas dan kaya budaya. Indonesia tak hanya Jawa apalagi Jakarta.
Bagaimana, Anda tertarik untuk menyelami keindahan Indonesia dengan pengalaman yang berbeda? Intip akun Instagram mereka di @Campatour dan nikmati keseruan berplesir sambil menyelami kearifan lokal atau malah membantu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.