Suara.com - "Eatology", begitu nama yang tertulis di papan nama yang dipasang di atas pintu masuk kafe di ujung Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Jalan Sabang memang sudah lama dikenal menawarkan wisata kuliner yang unik lagi eksotis.
Namun, nama dan penampakan fisik "Eatology" mampu membuat saya penasaran. Pintu kaca berbingkai kayu warna kuning bergaya modern minimalis menjadi poin pertama. Dari sana saya bisa mengintip ke bagian dalam kafe yang mengusung tema 'green house' ini.
Sejak dari pintu masuk, suasana ini memang sudah terasa. Sederet pot besar sarat tanaman di bagian tengah kafe ini menghadirkan suasana yang asri. Sejumlah tanaman pajangan di bagian atas menambah keasrian itu.
Semilir udara dibiarkan masuk sehingga tamu yang duduk pun dapat merasakan sepoi angin sambil menyantap makanan mereka. Kepada suara.com, Manager Eatology, Yosie menuturkan tanaman-tanaman ini didapatkan dan dipelihara atas hasil kerjasama mereka dengan Komunitas Jakarta Berkebun. Wah menarik ya?!
Selain modern minimalis, saya juga merasakan nuansa vintage di sini. Beberapa bangku kayu tua dipilih sebagai perabot di bagian depan Eatology, dipadu dengan lantai 'vintage' berwarna-warni, yang didatangkan dari Surabaya.
Tapi jika Anda ingin menikmati suasana yang lebih privat, pilihlah bagian dalam. Tak ada sepoi angin Jakarta di ruangan yang berhiaskan botol wine ini. Sebagai gantinya adalah udara sejuk yang dihasilkan alat pendingin udara.
Mengambil nama "Eatology" untuk sebuah kafe, tentunya bukan tanpa alasan. Eatology, kata Yosie berarti ilmu yang mempelajari tentang makanan. Jadi apakah kita dapat belajar tentang makanan di sini? Jawabannya adalah ya.
Kafe yang berdiri sejak tahun 2011 ini, memang berkonsep open kitchen. Tapidi sini, pengunjung tak hanya dapat melihat para chef memasak, namun juga dapat belajar memasak bersamanya.
"Kita pada awalnya itu western cafe. Seiring waktu berjalan, western itu kita lepas jadi lebih universal. Di sini ada menu Italia, Asia hingga lokal. Nah, orang-orang yang mau belajar, mereka biasanya datang untuk mempelajari proses pembuatan pizza, steak hingga garlic bread," papar Yosie.
Namun menurut Yossie, makin ke sini, mereka yang ingin belajar masak makin berkurang. Meski demikian, Eatology masih tetap melayani mereka yang ingin belajar memasak bersama koki-koki andal dari Eatology.
"Setiap hari, tinggal bilang sama saya atau pelayan di sini. Nanti kita buatkan waktunya. Semuanya gratis. Durasinya satu jam," ujarnya berpromosi.
Nah, jika Anda hanya ingin 'nongkrong' atau sekedar mengisi perut, Eatology tetaplah sebagai pilihan yang tepat. Untuk menguji rasa, saya pun memesan hidangan wajib di sini. Yakni Andre's
Pizza yang dimasak dengan tungku tradisional.
Hhmmm, aromanya yang khas dan sangat harum sungguh menggugah selera. Beberapa potongan telur rebus tipis, smoked beef dan irisan bawang bombay ditambahkan di atas pizza dengan ukuran yang cukup besar ini. Paduan kerenyahan, lembut dan lezat. Itulah kiranya kata yang bisa menggambarkan rasa pizza unggulan Eatology ini.
Usut punya usut, menu ini adalah resep dari pengunjung Eatology yang dipatenkan loh. Keren bukan?
"Kalau pada punya resep, bisa kasih ke kita. Nanti kita tes, kalau cocok, akan kita jadikan menu di Eatology pakai namanya. Kayak Andre's Pizza, ini resep buatan Andre. Nanti kita patenkan kalau itu resep milik dia," jelas Yosie.
Menu kedua yang saya jajal adalah Appetizer sampler. Hidangan ini disajikan dalam satu piring, terdiri empat jenis masakan, yakni chicken wings, kentang, jamur goreng tepung dan garlic bread yang disajikan bersama saus jamur.
Masing-masing terasa begitu gurih dengan rasa bumbu yang nendang. Favorit saya, chicken wingsnya. Lembut dagingnya dengan rasa bumbu yang pas nendangnya.
Menu wajib coba lainnya adalah Rib Eye Hawaiian steak. Daging yang berasal dari Australia ini begitu empuk dan manis meresap hingga ke dalam. Bahkan jika dimakan tanpa bumbu, tak bakal ada masalah.
Eatology buka pada hari biasa pada pukul 09.00-23.00 WIB. Sedangkan akhir pekan, buka mulai pukul 09.00 hingga 00.00 WIB. Namun, jika Anda ingin berkunjung ke sini, sebaiknya datang pada jam-jam santai, antara pukul 14.00-16.00 sore atau saat malam hari. Di luar jam itu mungkin Anda bakal kesulitan mendapatkan parkir.
Harga? Berkisar antara Rp25-225 ribu, sedangkan minumannya Rp20-40 ribu. Cukup terjangkau bukan?