Eatology, Karena Setiap Makanan Ada Ilmunya

Jum'at, 28 Agustus 2015 | 13:54 WIB
Eatology, Karena Setiap Makanan Ada Ilmunya
Makanan di Eatology. (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Eatology", begitu nama yang tertulis di papan nama yang dipasang di atas pintu masuk kafe di ujung Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Jalan Sabang memang sudah lama dikenal menawarkan wisata kuliner yang unik lagi eksotis.

Namun, nama dan penampakan fisik "Eatology" mampu membuat saya penasaran. Pintu kaca berbingkai kayu warna kuning bergaya modern minimalis menjadi poin pertama. Dari sana saya bisa mengintip ke bagian dalam kafe yang mengusung tema 'green house' ini.

Sejak dari pintu masuk, suasana ini memang sudah terasa. Sederet pot besar sarat tanaman di bagian tengah kafe ini menghadirkan suasana yang asri. Sejumlah tanaman pajangan di bagian atas menambah keasrian itu.

Pintu kuning Eatology begitu mengundang. (suara.com/Dinda Rachmawati)


Semilir udara dibiarkan masuk sehingga tamu yang duduk pun dapat merasakan sepoi angin sambil menyantap makanan mereka. Kepada suara.com, Manager Eatology, Yosie menuturkan tanaman-tanaman ini didapatkan dan dipelihara atas hasil kerjasama mereka dengan Komunitas Jakarta Berkebun. Wah menarik ya?!

Selain modern minimalis, saya juga merasakan nuansa vintage di sini. Beberapa bangku kayu tua dipilih sebagai perabot di bagian depan Eatology, dipadu dengan lantai 'vintage' berwarna-warni, yang didatangkan dari Surabaya.

Tapi jika Anda ingin menikmati suasana yang lebih privat, pilihlah bagian dalam. Tak ada sepoi angin Jakarta di ruangan yang berhiaskan botol wine ini. Sebagai gantinya adalah udara sejuk yang dihasilkan alat pendingin udara.

Mengambil nama "Eatology" untuk sebuah kafe, tentunya bukan tanpa alasan. Eatology, kata Yosie berarti ilmu yang mempelajari tentang makanan. Jadi apakah kita dapat belajar tentang makanan di sini? Jawabannya adalah ya.

Kafe yang berdiri sejak tahun 2011 ini, memang berkonsep open kitchen. Tapidi sini, pengunjung tak hanya dapat melihat para chef memasak, namun juga dapat belajar memasak bersamanya.

"Kita pada awalnya itu western cafe. Seiring waktu berjalan, western itu kita lepas jadi lebih universal. Di sini ada menu Italia, Asia hingga lokal. Nah, orang-orang yang mau belajar, mereka biasanya datang untuk mempelajari proses pembuatan pizza, steak hingga garlic bread," papar Yosie.

Di dapur yang terbuka ini, pengunjung tak hanya bisa menonton tapi juga bisa belajar masak. (suara.com/Dinda Rachmawati)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI