Taman Balekambang Solo, Ajang Beragam Kegiatan Kesenian yang Unik

Jum'at, 21 Agustus 2015 | 03:05 WIB
Taman Balekambang Solo, Ajang Beragam Kegiatan Kesenian yang Unik
Kawasan Wisata Taman Balekambang Solo, Jawa Tengah, Kamis (20/8/2015). [Suara.com/Labib Zamani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Taman Balekambang, kawasan wisata dan rekreasi yang berada di utara Kota Solo, Jawa Tengah ini menyimpan banyak cerita. Mulai dari tempat bersantainya keluarga Istana Mangkunegaran, hingga digunakan sebagai ‘sarang’ pekerja seks komersial (PSK).

Taman Balekambang awalnya bernama "Partini Tuin" dan "Partinah Bosch". Dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII pada 26 Oktober 1921 sebagai hadiah kedua putrinya, yakni GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Saking cintanya tersebut, maka dibuatlah sebuah taman dengan mengabadikan nama keduanya.

Bangunan Taman Balekambang sendiri memadukan konsep antara gaya Jawa dan Eropa. Pembangunannya tersebut tidak hanya menciptakan unsur keindahan, namun taman seluas 9,8 hektar juga memiliki fungsi utama.

Partini Tuin atau Taman Air Partini berfungsi sebagai penampung air untuk membersihkan atau menggelontorkan kotoran-kotoran sampah di dalam kota, sekaligus untuk area rekreasi air. Sedang Partinah Bosch atau hutan Partinah merupakan koleksi tanaman tumbuhan langka.

Seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, apel cokelat dan lain-lain yang berfungsi sebagai daerah resapan dan paru-paru kota.

Pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII taman ini tidak buka untuk umum. Sebab, digunakan sebagai tempat bersantai dan rekreasi khusus keluarga dan kerabat Istana. Baru era Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai dibuka untuk umum dan diselenggarakan beragam kesenian untuk rakyat, seperti ketoprak lesung.

Kesenian ini ialah ketoprak yang diiringi dengan alunan musik lesung. Kemudian, hiburan Srimulat yang menelorkan beberapa seniman terkenal, seperti Timbul, Gepeng, Djujuk, Nunung, Mamiek, Basuki dan lain-lain.

Namun, setelah sepeninggal Srimulat, Taman Balekambang berubah menjadi dunia ‘gemerlap’. Banyak dijumpai perempuan pekerja seks komersial, panti pijat hingga diskotik.

Pada akhirnya, Tahun 2008 masa pemerintahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo, Joko Widodo (Jokowi) dan F. X. Hadi Rudyatmo kawasan tersebut ‘dibersihkan’ dan ditata sebagai ruang publik.

“Sekarang banyak event kesenian dan kebudayaan digelar di Taman Balekambang. Ada Sendratari Ramaya, ketoprak, dan kesenian lainnya. Tujuannya adalah untuk dan mengenalkan Taman Balekambang kepada masyarakat,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kawasan Wisata Taman Balekambang Solo, Endang Sri Murniati kepada Suara.com, Kamis (20/8/2015).

Selain event kesenian dan kebudayaan, kata Endang, Taman Balekambang saat ini juga memiliki taman reptil. Ada sekitar 120 satwa berbagai jenis, seperti ular, burung hantu, biawak dan lain-lainnya.

“Jumlah rata-rata pengunjung yang datang bisa mencapai 3.000 orang perhari. Dari berbagai wilayah di eks Karesidenan Surakarta,” kata dia. [Labib Zamani]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI