Membentuk pribadi-pribadi yang berkarakter menjadi tujuan utama BBS, karena menurut Jenny, karakter adalah dasar untuk apapun yang akan dibangun di atas kehidupan seorang anak.
"Pendidikan nonformal ini bertujuan membangun karakter dan moral sebagai dasar dari semuanya. Pintar akademis tapi tanpa karakter apa gunanya?" kata perempuan penyuka kopi ini.
Bersama BBS, anak-anak lebih banyak belajar hal-hal yang bersifat nonformal untuk menjadikan mereka pribadi-pribadi berkarakter. Salah satu yang diajarkan adalah soal kedisiplinan. Setiap anak dapat belajar secara cuma-cuma di BBS hingga berusia 17 tahun. Setelah melewati batas usia tersebut, murid BBS akan diberi kesempatan untuk kembali berkecimpung sebagai relawan.
Awalnya tak mudah untuk mengajarkan hal itu pada anak-anak. Namun belajar dari pengalaman selama di lapangan, akhirnya BBS berhasil menemukan formula 'pendidikan' yang tepat. Buku-buku tentang pendidikan yang dibacanya, menurut Jenny yang belajar food science di Australia ini ikut berperan dalam penyusunan formula ini.
Ada empat tema masuk dalam kurikulum nonformal yang diterapkan BBS tahun ini, yakni soal membangun mimpi, mengenal Indonesia, inspirasi dan keluarga. Tema Indonesia mencakup banyak hal, seperti budaya, pahlawan dan museum.
Meski bersifat pendidikan nonformal, setiap anak yang baru bergabung dengan BBS akan diberi seragam dan peralatan sekolah.Ini diberikan jika mereka konsisten hadir selama empat pekan berturut-turut.
"Ini akan memberikan rasa percaya diri pada anak-anak yang sebagian besar tinggal di pemukiman kumuh. Dengan seragam ini membuat mereka menjadi bagian dari sebuah komunitas," terang Jenny.
BBS juga kerap menghadirkan para relawan dari berbagai latar belakang pekerjaan, beberapa di antaranya adalah figur yang dikenal masyarakat, untuk membuka pikiran anak-anak serta merangsang mereka untuk memiliki cita-cita beragam.
Langkah ini ternyata cukup ampuh untuk menarik anak-anak bergabung dengan BBS. Jumlah anak yang bergabung dengan BBS terus bertambah, hingga sekarang mencapai lebih dari 300 anak. Ini juga menjadikan anak-anak makin rajin belajar bersama BBS yang digelar setiap hari Minggu pagi.
Namun sistem sanksi juga diterapkan. Mereka yang absen selama tiga kali juga tidak boleh lagi mengikuti BBS. Agar semua anak dapat merasakan bagaimana menjadi pemimpin, posisi ketua kelas digilir.
Perkembangan tiap anak dapat dipantau melalui buku agenda yang diberikan kepada masing-masing siswa. Di buku itu, anak diajak untuk menuliskan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana ilmu tersebut mendekatkan mereka dalam menggapai mimpi.
"Seperti 'diary', guru juga akan menulis komentar di sana," kata dia.
Cara informal ini diharapkan mampu memerdekakan anak-anak BBS. Anak-anak bisa bebas memilih hidup mereka, dan lebih berani mengejar mimpi mereka.
Menawarkan 'janji kemerdekaan' seperti ini awalnya sama sekali tak terlintas di benak Jenny yang memang tidak berkecimpung di bidang pendidikan.
"Sama sekali tidak terpikir akan bekerja di bidang yang tidak saya pelajari, tapi 'passion' saya di sini," kata Lulusan Food Science dari Universitas New South Wales yang menghabiskan 17 tahun hidupnya di Australia dan Singapura.
Passion itu ditemukannya ketika ia kembali ke Indonesia pada akhir 2013. Lama meninggalkan Tanah Air, Jenny merasakan banyak perubahan terutama di Jakarta yang menjadi kota metropolitan.
"Tapi dunia anak tidak berkembang, janji kemerdekaan (soal pendidikan) belum tercapai," ujarnya. Maka di sinilah Jenny kini, meluangkan waktu dan tenaganya untuk mewujudkan janji kemerdekaan untuk anak-anak yang kurang beruntung.
Janji Kemerdekaan dari Jenny Tjoa
Esti Utami Suara.Com
Selasa, 18 Agustus 2015 | 08:53 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Lewat Diaspora Loan, BNI Bantu Diaspora Indonesia di Hong Kong Naik Kelas
11 Desember 2024 | 19:34 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 05:50 WIB
Lifestyle | 21:54 WIB
Lifestyle | 21:04 WIB
Lifestyle | 20:43 WIB
Lifestyle | 20:41 WIB
Lifestyle | 20:39 WIB
Lifestyle | 20:25 WIB
Lifestyle | 20:22 WIB