Berbekal uang tabungan selama menjadi TKI, dan bekerja di restoran serta menjajakan makanan katering, akhirnya dalam kurun 3,5 tahun, Nuryati sukses meraih gelar sarjana predikat cum laude, tepatnya dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,8.
Empat tahun kemudian, ibu dua anak itu juga meraih gelar master bidang hukum di Universitas Jayabaya, Jakarta. Plus memperoleh sertifikat advokat dari Persatuan Advokat Indonesia.
Saat ini, Nuryati menjadi dosen di almamaternya, seraya mempersiapkan rencananya mengambil program doktoral di Universitas Padjadjaran, Bandung. "Dalam beberapa bulan ke depan, gelar doktoralnya sudah dapat diraih. Alhamdulilah. Semoga bisa berjalan dengan lancar,” katanya.
Dan kini Nuryati bersama rekan-rekannya (para mantan TKI) mendirikan organisasi TKI Purna Provinsi Banten. Organisasi ini nantinya dapat memberikan pendidikan bagi para TKI yang kini telah kembali ke Tanah Air.
Organisasi tersebut juga memberikan edukasi bagi para calon TKI agar memiliki keahlian sebelum berangkat ke luar negeri. Juga memberikan pemahaman kepada TKI agar tidak menghabiskan uang hasil gaji untuk berfoya-foya.
“Tujuannya jelas, agar mereka memiliki ketrampilan, wawasan dan yang terpenting tidak lagi kembali menjadi tenaga kerja di negeri orang. Yang terpenting kalau mau sukses menjadi TKI itu menambung, jangan habiskan uang hanya untuk keperluan konsumtif saja. Kan kalau dengan menabung bisa aja kita beli sawah, atau menjadi pengusaha. Kalau mau jadi pengusaha kan butuh modal dan keterampilan makanya menambung dan belajar itu kunci utama menjadi sukses,” ungkapnya.
Nuryati juga membagikan trik untuk mengantisipasi tindak kekerasan yang dapat menimpa TKI. Yakni dengan cara mencatat berbagai nomor telepon penting, seperti Konsulat atau Kedutaan Indonesia di negara itu.
Ada cara unik yang dilakukan Nuryati dalam mencatat nomer telepon-telepon penting tersebut. Dia mencatat nomor-nomor tersebut dengan kode rahasia di kerudung yang dia kenakan setiap hari.
"Misalnya angka nol, saya gambar dengan kode matahari, dan angka 1 dengan pohon kelapa. Kan ini juga biar majikan kita enggak tau kalau itu nomer telepon. Jadi" kalau dapat masalah, ya, saya dapat leluasa kirim informasi. Sebab, dokumen yang saya pegang, dibawa oleh majikan kan. Alhamdulilah selama saya di sana majikan saya enggak tahu kalau itu nomer telepon. Dan alhamdulilahnya lagi saya enggak dapat kekerasan di sana,” katanya.