"Saya merasakan, betapa perjuangan TKI itu sudah dimulai dari Indonesia. Pada saat kita mulai dari penampungan itu subhanallah... apa yang tersiar di berita itu memang semua kenyataan. Saya aja tidur di depan toilet, jadi kalau ada orang yang mau ke toilet saya harus bangun, terus tidur lagi. Terus pelatihan bahasa Arab aja enggak ada. Jadi saya saat itu sama TKI yang lain bisa dibilang depresi. Tapi saya ingat lagi, kalau saya mau kuliah saya harus berjuang,” katanya.
Namun, keberuntungan terus menerangi jalan Nuryati. Dia dipekerjakan pada keluarga dengan majikan yang baik, sehingga dapat leluasa mempelajari buku-buku yang ia bawa dari Tanah Air.
"Saya beruntung sekali saat saya menjadi TKI. Ini mungkin berkat niat saya untuk kuliah lagi diridhoi sama Allah, Saya bekerja di sebuah keluarga karir. Suami-istri bekerja sebagai dokter. Selain bertugas urusan rumah tangga, dia juga diminta membantu dua remaja keluarga itu dalam urusan belajar. Jadi saya juga bisa sambil belajar,” katanya.
"Dan, majikan saya tak pernah memasalahkannya," ujarnya.
Niat Kuliah Sempat luntur
Selama bekerja menjadi TKI dengan kesibukan dan rutinitas menjadi pembantu rumah tangga sempat membuat niat kuliah Nuryati luntur. Beberapa dilema juga menghantui Nuryati seperti tuntutan membiayai perawatan adik di rumah sakit
“Yak karena sibuk kerja, ngurusin anak majikan kan sudah lelah. Nah di situ keinginan kuliah saya mulai luntur. Terus majikan saya juga berniat memperpanjang kontrak sampai 10 tahun kan karena suka kinerja saya, di situ saya mulai tergiur untuk meneruskan menjadi TKI,” katanya.
Namun, saat melihat sebuah berita dari stasiun televisi setempat -- yang menyiarkan sebuah prosesi wisuda di Universitas Al Azar, di Kairo, Mesir, Nuryati kembali bangkit. "Saat itulah saya terbangun lagi, bahwa niat saya bekerja sebagai TKI adalah untuk kuliah," ungkapnya.
Nuryati pun akhirnya kembali pulang ke Indonesia pada 2001. "Meski di Arab saya banyak uang dan mendapat majikan yang baik, tetapi karena tujuan awal saya pergi ke Arab adalah cari uang untuk kuliah, maka saya putuskan pulang. Itu kan niat saya jadi harus dilaksanakan,” ujarnya.
Tiga hari sepulang dari Arab Saudi, Nuryati langsung masuk kulian dengan mengambil jurusan hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. Jurusan itu dipilihnya untuk membantu TKI yang mengalami perlakuan tidak adil di luar negeri.
“Saya langsung ikut test, eh langsung diterima. Saat itu lah saya mulai menjalani kehidupan saya sebagai mahasiswa,” katanya.