Bertha Suranto, Tekuni Hidroponik Gara-gara Takut Cacing

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 11 Agustus 2015 | 17:20 WIB
Bertha Suranto, Tekuni Hidroponik Gara-gara Takut Cacing
Bertha Suranto. (Foto: Dok. Pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kecintaannya terhadap tanaman telah tumbuh sejak Bertha Suranto masih kecil. Namun, ia mengaku, dari dulu paling takut dengan cacing.

Inilah yang membuat perempuan yang terlahir dengan nama lengkap Bertha Tiur Ciptaningsih ini tak mau terlibat langsung saat menanam pohon untuk menghindari hewan melata yang dinilainya sangat menjijikan itu.

"Waktu kecil hingga dewasa di rumah saya ada sekitar 10 tambulampot (tanaman buah dalam pot) seperti mangga, jambu, srikaya dan pisang, karena halaman rumahnya nggak luas. Saya hanya penikmat saja, karena takut cacing dan yang merawat 'asisten' dan ibu saya yang telaten," ungkapnya terus terang saat ditemui suara.com di Production House-nya, Gravity Films, Tebet, Jakarta Selatan, yang telah menelurkan berbagai film iklan tersebut.

Rasa takutnya terhadap cacing inilah yang kemudian membuat Bertha tertarik memilih budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah, dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman tersebut.

"Suatu hari saya melihat gambar sayur mayur yang bisa tumbuh subur dengan teknik hidroponik di internet. Wah, saya tertarik sekali, karena tidak menggunakan tanah, melainkan memanfaatkan air. Jadi, saya berpikir pasti tidak ada cacing," terang Bertha yang juga memiliki peternakan ayam bernama Banyumili Chicken Farm ini.

Awalnya belajar dari internet ...

Awalnya Belajar dari Internet
Sejak itulah tepatnya tahun 2012, ia kerap meluangkan waktunya untuk mempelajari hidroponik lebih dalam melalui dunia maya.

"Saya excited banget belajar hidroponik sampai enggak bisa tidur. Setiap pagi setelah anak-anak berangkat sekolah, saya mulai uji coba dengan barang bekas hingga suami sempat mengeluh karena rumah jadi berantakan dan kotor," katanya tertawa.

Meski demikian, sang suami tidak melarangnya untuk belajar hidroponik mengingat Bertha memang sangat senang dengan semua hal yang berkaitan dengan alam.

Keinginan kuatnya untuk menekuni hidroponik semakin menguat tatkala ia mengunjungi adiknya di Amerika.

"Di sana, saya melihat ada toko perlengkapan hidroponik. Saya langsung datengin toko itu. Kata adik saya, saya seperti anak kecil yang masuk ke toko permen. Bingung mau beli yang mana, semuanya pengen saya beli. Pemilik tokonya saja sampai bingung ngeliat tingkah saya. Disangkanya saya punya kebun padahal enggak," cerita Bertha tertawa mengingat tingkahnya kala itu.

Berbekal buku, video dan perlengkapan hidroponik yang didapatnya dari toko itulah, Bertha kemudian berkreasi dan melakukan inovasi untuk mewujudkan  impiannya. Dan, dalam waktu yang tak terlalu lama, beragam jenis sayur pun ditanam Bertha melalui teknik hidroponik.

"Awalnya saya tanam tomat, cabai, pokcoy, dan masih banyak lagi. Sampai loteng rumah saya penuh dengan macem-macem sayuran. Semakin semangat ketika tanamannya bisa tumbuh subur yang membuat saya ingin nambah tanaman lagi," ceritanya bersemangat.

Meski demikian, tak semua sayuran yang ditanamnya itu selalu berjalan lancar. Namun, itu justru membuatnya jadi belajar dimana kekurangannya dan bagaimana pula cara mengatasinya agar sayuran hidroponik tumbuh dengan baik.

"Setiap tanaman 'kan butuh nutrisi dan cahaya yang berbeda. Jadi, ini juga harus diperhatikan agar sayuran dan buah hidroponik bisa tumbuh maksimal," imbuh perempuan berpembawaan ramah ini.


Sosialisasi lewat sosmed ...

Sosialisasi Lewat Sosmed
Saking excited-nya dengan tanaman hidroponik yang dilakukannya itu, Bertha kerap memotret lalu memamerkannya di sosial medianya. Hasilnya, ternyata di luar dugaan. Apa yang dilakukannya itu mendapat begitu banyak respon positif. Mulai dari sekadar bertanya hingga ada yang ingin belajar lebih jauh agar bisa mengikuti jejak Bertha bercocok tanam dengan teknik hidroponik.

Respon positif ini tentu saja disambut positif oleh Bertha. Ia pun kemudian membuka kelas hidroponik gratis di rumahnya. "Saya senang sekali, nggak hanya dapat banyak teman, tetapi banyak juga yang ingin belajar tentang hidroponik," imbuhnya.

Tak hanya itu, Bertha juga mulai menyisihkan sebagian uang untuk membuat netpot, wadah untuk menanam dengan teknik hidroponik. "Saya pede saja memproduksi netpot yang saya jual melalui Rumah Hidroponik meski belum sepopuler seperti sekarang ini," ujarnya.

Kesungguhannya itu ternyata membuahkan hasil setelah mengikuti sebuah pameran di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 2012. Banyak orang tertarik untuk mempelajari hidroponik.

Apalagi waktu pameran, ia dibantu beberapa pekerja di rumah juga menciptakan sendiri starter kit hidroponik. Dan, lagi-lagi di luar dugaan, starter kit-nya laris manis dibeli pengunjung.

"Dalam waktu dua hari, starter kit hidroponik saya habis dibeli pengunjung. Padahal di hari ketiga tepatnya hari Minggu, pengunjungnya penuh sekali. Jadilah kami hanya bengong di hari terakhir, karena enggak ada lagi yang bisa dijual," ungkapnya seraya menunjukkan beberapa foto starter kit hidroponiknya yang disimpan dalam iPad-nya.

Kini, lanjut Bertha, starter kit dan perlengkapan lainnya itu sudah diproduksi dalam jumlah besar, karena ia memproduksinya di pabrik.  

Sejak menekuni hidroponik, Bertha berhasil menyabet penghargaan sebagai pemenang pertama dalam ajang kompetisi nasional Indonesia Womenpreneur Competition Award dari Indosat dan KPP-PA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).

"Penghargaan itu diberikan dalam konferensi internasional APEC Women and Economy Forum (APEC WEF) pada 6 September 2013 di Bali," ucapnya yang juga pernah meraih penghargaan Citra Pariwara, Production House of The Year, tahun 2008.

Terus mengembangkan usahanya ...

Terus Mengembangkan Usahanya
Keberhasilannya dalam budidaya tanaman lewat hidroponik tak membuatnya mudah berpuas diri. Bertha justru semakin terpacu untuk terus belajar. Tak tanggung-tanggung ia bahkan belajar hidroponik hingga Singapura dan Thailand.

"Saya harus terus belajar karena sering diminta untuk mengajarkan tentang hidroponik, makanya harus terus meningkatkan pengetahuan saya tentang hidroponik plus perkembangan terkininya," jelasnya panjang lebar.

Bermodal ilmu dan pengetahuan tentang hidroponik yang terus di-updatenya, Bertha pun pada 2014, mantap mendirikan kebun hidroponik sekaligus restoran bernama Joglo Ndeso di areal yang sama seluas 4200 meter persegi di kawasan Muntilan, Yogyakarta.

Restorannya itu menawarkan beragam masakan Indonesia dengan menu andalannya seperti ayam penyet, gurame rica-rica, sup buntut, terancam, bobor sawi lebor, dan masih banyak lagi. "Semua resepnya saya dan tim yang meraciknya sendiri, jadi rasanya khas. Soal rasa boleh dicoba," ujar Bertha berpromosi.

Dan, perlu diketahui, menu-menu yang disajikannya itu kebanyakan dari kebunnya sendiri.Misalnya, sayuran dan buah yang diolahnya berasal dari kebun hidroponiknya. Begitu pula dengan ayam dan telur yang juga berasal dari peternakannya.

Kecintaannya terhadap hidroponik ini ditularkan pula kepada suami dan anak-anaknya. Keluarga tercintanya itu, kata Bertha, kerap dilibatkan dalam kegiatan sehari-harinya.

"Suami dan anak-anak saya sering bantu saya di resto dan kebun saat mereka libur. Saya juga sering cerita kepada mereka apa itu hidroponik dan manfaatnya. Ini yang bikin akhirnya mereka cinta juga sama hidroponik," jelas ibu dari tiga anak ini.

Bertha berharap hidroponik tak hanya dapat ditularkan kepada keluarganya, tetapi juga oleh semua orang terutama generasi muda untuk mencintai dunia pertanian. Baginya, bercocok tanam lewat hidroponik menjawab kebutuhan masyarakat modern yang serba praktis dan tak selalu memiliki lahan luas.

"Jadi, bisa dilakukan oleh masyarakat di perkotaan. Buat saya ini harus terus di edukasi dan di sosialisasi agar bidang pertanian tidak ditinggalkan oleh generasi mudah. Kalau bukan mereka, siapa yang akan menggantikan petani?" jelas Bertha.

Setelah berhasil dengan usaha rumah produksi, peternakan, hidroponik dan restoran, Bertha berupaya untuk terus mengembangkan usahanya. Bahkan dalam waktu yang tak terlalu lama, ia berencana untuk meluncurkan shopping online yang diberi nama "bekalku".

Usahanya ini, kata Bertha, akan menjual berbagai makanan sehat yang terbuat dari sayuran dan buah hidroponiknya. "Ini makanan organik tanpa pengawet dan penyedap rasa. Jadi, sangat sehat untuk dikonsumsi. Ke depannya akan tersedia pula kue-kue yang juga sehat dan dijamin kualitasnya, saya juga ingin merangkul siapapun yang mau bergabung tentunya dengan syarat yang saya tetapkan," jelas Bertha menutup perbincangan.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI