Nia menambahkan, komunitas yang didirikannya ini tak sekedar memberi bantuan uang, tapi juga memastikan anak-anak asuhannya mendapatkan pendidikan ketrampilan dan pendampingan hingga tamat SMA.
"Ketika bantu satu anak, kami harus memastikan untuk membantu mereka sampai tamat SMA. Kami juga memberikan pelatihan softskills agar mereka siap untuk menatap masa depan mereka," ungkap perempuan yang berprofesi sebagai konsultan public relations ini.
Nia mengisahkan, perjalanannya dan niat baik para donor untuk membantu anak-anak kurang mampu melanjutkan pendidikannya bukan tanpa hambatan. Bahkan ada orangtua yang lebih memilih anaknya membantunya berjualan donat ketimbang harus mendapat ilmu di bangku sekolah.
"Makanya kami nggak punya target harus membantu berapa orang karena ketika kami bantu kami harus benar-benar mendampingi masing-masing anak itu. Bahkan kendala terbesar justru bagaimana mengubah persepsi orangtua bahwa sekolah bisa mengubah masa depan anak," lanjut Nia.
Dalam perjalanan Coin a Chance selama tujuh tahun berdiri, kini cabang-cabang komunitas ini telah tersebar di penjuru Indonesia. Tercatat sembilan kota dan dua negara menjadi lokasi kegiatan Coin a Chance, di antaranya Jakarta, Bali, Palu, Cilegon, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Bandung, Washington DC dan Jerman.
Celengan Coin a Chance kini sudah tersebar di mana-mana. Nia berharap semakin banyak masyarakat yang menyadari bahwa hal kecil yang selama ini sering diremehkan ternyata bisa sangat berarti bagi masa depan anak-anak Indonesia dalam melanjutkan pendidikannya.
Bagi Anda yang berminat menjadi coiners (sebutan bagi anggota Coin a Chance) dan membantu anak-anak yang terancam putus sekolah bisa mengunjungi situs CAC di coinachance.com. Jadi mulai sekarang jangan lagi sia-siakan koin yang Anda miliki.