Jangan mengaku sebagai pencinta whisky, jika belum menyambangi Luc Bar and Grill. Ya, resto yang terletak di Jalan Wolter Mongonsidi, No. 33, Jakarta Selatan ini boleh dibilang sebagai salah satu 'mekahnya' bar di ibukota.
Suasana minimalis yang elegan terasa mendominasi tempat nongkrong yang mengusung konsep resto & bar ini. Interiornya ditata dengan konsep 'unfinished industrial' dengan suasana pabrik yang sangat terasa di beberapa sudutnya.
Mulai dari lampu, dinding yang belum selesai dicat dengan aksen material kayu. Tapi, ahh saya juga menemukan sentuhan Perancis di salah satu bagiannya lewat beberapa potret pemandangan pusat mode dunia tersebut, yang terbingkai rapi terpasang di dinding.
Berkunjung ke sini, tamu dihadapkan tiga pilihan area. Yakni area VIP, wine seller atau non-smoking. Semuanya sama-sama cozzy dengan lampu temaram sehingga nyaman bersantai. Nama Luc, menurut Reva Tan, PR Manager Luc Bar and Grill diambil dari nama yang biasa disematkan untuk seorang lelaki di Perancis. Artinya, keberuntungan.
"Pertama kali berdiri itu tahun 2014 lalu. Salah satu pemilik Luc Bar and Grill ini memang sudah lama menekuni bisnis food and beverage. Jadi kita ingin selain menyediakan minuman, biar yang datang nggak bosan, kita juga sediain makanan beratnya. Ada restonya juga," jelas Reva pada suara.com belum lama ini.
Andalan Luc Bar and Grill ada pada whisky barnya yang memiliki lebih dari 100 jenis whiskey yang bisa Anda cicipi. Beberapa di antaranya berumur lebih dari seperempat abad loh. Jadi bisa dibayangkan bagaimana nendangnya!
Banyak whiskey di Luc Bar and Grill sangat istimewa, karena masuk kategori single malt alias berasal dari satu pabrik tertentu. Tak heran jika harganya sedikit lebih mahal.
"Whiskey biasanya itu berasal dari campuran whiskey beberapa tong dengan usia yang berbeda-beda. Pabrik pembuatannya pun di tempat yang berbeda-beda, terus dicampur. Kalau whiskey milik kita, itu tidak. Satu botol dari pabrik penyulingan," jelas Reva.