Menikmati Indahnya Matahari Terbit di Batu Karas, Pangandaran

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 29 Juli 2015 | 07:05 WIB
Menikmati Indahnya Matahari Terbit di Batu Karas, Pangandaran
Ilustrasi matahari terbit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdiri di atas karang, menikmati ombak yang saling berkejaran menuju ke tepi pantai, ditambah suara gemuruh gelombang menjadi sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan.

Pagi itu sekitar pukul 06.00 WIB di Pantai Batu Karas, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, belum banyak wisatawan yang hilir mudik di tepi pantai meski pantai itu sedang dipadati pengunjung karena libur Lebaran 2015.

Hanya beberapa orang yang tampak duduk-duduk memandang ke arah laut yang tak berujung dengan kondisi langit yang masih gelap.

Seiring dengan berjalannya waktu, terlihat gradasi warna merah yang memenuhi langit pertanda sang surya mulai terbit.

Beberapa orang telah menanti-nanti sejak subuh, sangat tidak sabar melihat eloknya sang matahari, tetapi matahari belum tiba.

Penjaga keamanan Muchlis mengatakan, "Biasanya pukul 06.00 WIB matahari telah tampak. Namun, berhubung tadi malam hujan rintik, mungkin matahari tidak kelihatan." "Biasanya jam segini," lanjut dia, "sudah muncul. Akan tetapi, karena mendung, kayaknya belum terlihat. Apalagi, dini hari tadi ada gempa."

Meski demikian, mereka masih terlihat teguh menanti terbitnya matahari di pantai paling ujung Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia itu. Mereka memilih untuk berjalan-jalan di tepi pantai.

Selintas, suasana tersebut seperti video klip grup musik papan atas asal Inggris Coldplay berjudul Yellow.

Di dalam video itu, si vokalis Chris Martin menggunakan jaket hitam dan berjalan di tepi pantai. Video itu dari awal hingga akhir dimuat dalam satu bingkai dan menampilkan perubahan waktu dari gelap hingga munculnya matahari.

Sekitar pukul 07.00 WIB, munculah bintang terbesar dalam tatanan galaksi Bima Sakti, sinar merahnya terpancar kemana-mana, laut pagi itu pun terbias, lalu menjadi merah.

Sungguh pemandangan yang sangat mengagumkan, melihat dia dengan wujudnya yang bulat sempurna.

Saat matahari mulai tinggi, terlihat mulai terlihat pengunjung keluar dari penginapan. Mereka bermain-main ombak, ada juga yang sambil menikmati makan pagi.

Pantai Batu Karas tidak seperti Pantai Pangandaran yang sudah dipadati oleh tempat penginapan. Di sini, masih alami.

Pengunjung masih dapat menyaksikan anjing-anjing liar berlarian di pantai, melihat kerbau-kerbau bersantai di padang rumput, ayam-ayam bertengger di mana pun dia mau.

Di sebelah selatan, menjadi tempat yang diidolakan para perselancar, wisatawan pun biasanya akan memadati tempat itu karena ombaknya yang bagus dan juga tidak ada karang, enak jika ingin berenang.

Pantai yang berjarak sekitar 34 km dari Pangandaran ini, memang terkenal sebagai salah satu tempat berselancar.

Makanya tak heran peselancar dari negara lain pun ikut bermain di situ. Beberapa di antara mereka juga telah menetap di Batu Karas. Sebagian dari mereka telah menikah dengan warga lokal.

Salah satu peselancara asal Batukaras adalah Kang Andri, lelaki berkulit gelap, telah menekuni hobi berselancar sejak delapan tahun lalu.

Ia mengatakan bahwa anak-anak yang tinggal di daerah itu pun lihai bergerumul dengan ombak. Mereka belajar dari para peselancar yang melawat ke daerahnya. Ada juga yang diajarkan oleh peselancar setempat.

"Untuk berselancar ada satu syarat wajib yang harus dimiliki, yaitu dapat berenang," katanya.

Kang Ading dan temannya juga memberikan jasa untuk mengajarkan wisatawan cara berselancar. Selain itu, dia juga bekerja sebagai penjaga pantai dan pemandu wisata.

Penduduk di sini relatif sangat mudah bergaul. Mereka gampang dimintai informasi. Jadi, tidak perlu khawatir jika tersesat ataupun tidak mengerti bahasa lokal.

Urusan makanan pun tidak perlu khawatir. Meski tidak banyak, makanan di sini enak dan bervariasi. Beberapa dari mereka juga menawarkan makanan ala Barat, buku menu pun ditulis dengan bahasa Inggris.

Namun, jangan heran jika ejaan bahasa Inggrisnya disesuaikan dengan pelafalan mereka, seperti "oatmeal" ditulis menjadi "oitmilk" dan "chicken" ditulis dengan "chiken".

Warga di sini rata-rata paham dengan bahasa Inggris. Namun, dengan pelafalan dan tata bahasa ala sunda.

Pada hari-hari tertentu seperti liburan, banyak juga pedagang asongan yang menjual tahu sumedang, cilok, ataupun rujak.

Walaupun penginapan tidak begitu banyak, di sini mereka menawarkan berbagai bentuk penginapan. Beberapa yang terkenal, seperti Bale Karang, Java Cove, Villa Monyet, Sunrise, yang telah dilengkapi dengan pendingin ruangan dan fasilitas lainnya, dan dibandrol dengan harga Rp450 ribu hingga Rp1,2 juta, bergantung pada tipe kamar dan waktu.

Biasanya sebuah penginapan tidak memiliki kamar yang banyak, paling banyak paling hanya belasan kamar.

Untuk para petualang ataupun pejalan dengan dana terbatas, dapat menginap di rumah penduduk, harganya pun dapat ditawar, biasanya jika bukan musim libur, harga lebih murah.

Satu kamar dibanderol dengan harga Rp150 ribu hingga Rp200 ribu, bergantung pada kesepakatan. Kamarnya dapat diisi dua hingga empat orang.

Di sini juga menyediakan penyewaan motor yang memudahkan wisatawan untuk mengunjungi sekitar Batukaras, seperti sungai hijau "Green Canyon", Pantai Pangandaran, Citumang, dan Santirah.

Meski di tengah ramainya liburan, Batu Karas dan objek wisata di sekitarnya masih dapat dinikmati tanpa perlu berdesak-desakan.

Sore hari telah tiba, para nelayan pun turun ke laut mencari ikan. Kapal-kapal yang berjajar rapi kini mulai ditarik ke laut. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI