Suara.com - Ada yang berbeda dengan penampilan Vindex Tengker yang selama ini dikenal sebagai seorang chef, yang melejit saat menjadi salah satu juri di ajang kompetisi MasterChef Indonesia. Sebuah program acara yang ditayangkan di sebuah stasiun TV swasta nasional.
Ia tak lagi mengenakan pakaian khas chef-nya yang berwarna putih, melainkan mengenakan kemeja plus dasi yang membuatnya terlihat begitu berwibawa.
Perubahan penampilannya itu dikarenakan sejak April 2015, lelaki bernama lengkap Vindex Valentino Tengker ini, bergabung di perusahaan maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia dengan posisi prestisius sebagai Vice President Inflight Service.
“Saya juga nggak menyangka dapat kesempatan ini, karena setelah memutuskan resign dari Hotel Dharmawangsa, Januari lalu, saya rencananya mau usaha sendiri, tapi dalam perjalanannya ternyata mendapat tawaran ini,” terangnya kepada Suara.com saat ditemui di ruang kerjanya, Kantor Pusat Garuda Indonesia, kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, beberapa waktu lalu.
Perjalanan hidup terkadang memang sulit diduga. Apa yang telah direncanakan bisa saja berubah ketika menemukan kesempatan atau hal-hal baru. Yang jelas, perubahan yang dialami oleh lelaki kelahiran Jakarta, 24 November 1968 ini merupakan hal yang mengejutkan dan sangat sayang untuk dilewatkan.
Bagaimana tidak, ia mendapat tawaran bekerja di sebuah maskapai penerbangan nasional bintang lima yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
“Pekerjaan saya saat ini sebenarnya masih terkait dengan hospitality. Cuma fokusnya nggak hanya pada makanan dan minuman, tapi juga semua yang terkait dalam inflight service seperti logistik, konsep desain, packaging dan lain-lain,” terang Vindex yang sudah 25 tahun berkarier di perhotelan.
Menikmati tantangan baru ...
Menikmati Tantangan Baru
Vindex merasa di posisinya sekarang kemampuannya dalam melakukan inovasi dan terobosan untuk meningkatkan kualitas inflight service semakin diuji demi kenyamanan dan kepuasan para pengguna Garuda Indonesia.
“Selama ini ‘kan kita menilai makanan yang tersaji dalam pesawat biasa-biasa saja. Tapi dengan perkembangan zaman dan teknologi, kita bisa menyajikan menu dengan kualitas rasa dan tampilan sesuai kelasnya seperti makan di restoran, tapi harus tetap praktis mengingat tempat yang terbatas. Nah, di sinilah tantangannya,” urainya.
Tak hanya memikirkan kualitas rasa dan tampilan menu, lanjut Vindex, inovasi menu pun harus selalu dilakukan demi kepuasan para penumpang. Bagaimana pun, kata dia, makanan juga merupakan salah satu daya tarik yang membuat penumpang bisa merasa nyaman dan terkesan selama penerbangan.
Untuk mewujudkan itu semua, saat ini Vindex dan timnya sedang melakukan standarisasi resep-resep yang dimiliki Garuda Indonesia. Tak hanya itu, ke depannya ia juga akan membuat konsep atau formulasi resep yang khas.
“Jadi, nanti kita juga punya resep khas Garuda. Misalnya, rendang dan soto lamongan ala Garuda yang mimiliki cita rasa yang khas. Inovasi akan dilakukan ke arah itu meski tetap membutuhkan waktu,” imbuh lulusan Akademi Pariwisata DKI Jakarta tahun 1989 ini.
Tentunya resep-resep yang diformulasinya itu harus tepat komposisinya sehingga tetap terasa nikmat saat disantap di pesawat. Hal ini, menurut Vindex, memang menjadi tantangan tersendiri mengingat perubahan tekanan udara, oksigen dan suhu akan mempengaruhi cita rasa masakan.
“Misalnya, bumbunya diperbanyak jadi lebih kuat, karena takaran bumbu di darat bila dimakan saat terbang, cita rasanya akan berkurang,” sambungnya.
Begitu banyak inovasi yang akan dilakukannya ke depan membuktikan bahwa makanan di pesawat memang benar-benar disiapkan dengan konsep yang matang. “Jadi, nggak sekedar ada dan disajikan, tapi memang serius kita siapkan bahkan kita punya tim menu development tiga orang yang dulunya berprofesi sebagai chef,” tuturnya bersemangat.
Membicarakan tugas dan tanggungjawabnya barunya sebagai Vice President Inflight Service di Garuda Indonesia membuat perbincangan terasa semakin seru, karena ada begitu banyak hal yang diceritakan oleh Vindex. Ia begitu bersemangat mengemukakan segudang konsep, ide dan rencana-rencananya yang akan diwujudkannya secara bertahap.
Merampungkan buku dan obsesi lainnya ...
Merampungkan Buku dan Obsesi Lainnya
Tak hanya itu, semenjak bergabung di Garuda Indonesia, Vindex merasa keinginannya menjadi konsultan setelah berhenti bekerja di perhotelan tetap tersalurkan lantaran di jabatannya sekarang salah satu tugasnya adalah membuat konsep, ide dan perencanaan terkait inflight service.
“Jadi, walaupun saya sudah nggak jadi chef, masih ngurusi bidang itu dengan cara yang berbeda. Kini saya bekerja di balik meja, lebih ke konsep, ide-ide, dan perencanaannya,” sambung lelaki yang semasa kecilnya ternyata ingin menjadi pilot dan insinyur ini.
Yang jelas, Vindex merasa sangat beruntung bisa memasuki dunia baru dalam kariernya sekarang. Baginya, fase kehidupan yang dijalaninya saat ini merupakan peningkatan dari fase sebelumnya.
Inilah yang membuat Vindex semakin yakin bahwa apa yang telah dilakukannya selama ini tidak salah jalan, meski ia mengaku dulunya sama sekali tak pernah bercita-cita menjadi chef.
“Saya nggak pernah merasa salah jalan dan nggak pernah menyesal telah berkarier di perhotelan. Apalagi kini ada peningkatan karier di tempat baru. Semua memang sudah jalannya dan itu bukan kebetulan. Saya bangga dan sangat bersyukur dengan semua ini,” ucapnya bersemangat seraya membeberkan kunci suksesnya yaitu terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar bisa survive.
Di pekerjaannya saat ini, Vindex juga merasa hidupnya jadi lebih teratur. Selain bisa berkarier, ayah dari dua anak ini juga bisa punya banyak waktu untuk keluarga tercinta. Keteraturan hidup inilah yang memang sudah sekian lama diinginkannya mengingat selama berkecimpung di dunia perhotelan, waktunya banyak tersita di pekerjaan.
“Kalau sekarang setiap weekend bisa kumpul dengan keluarga, jalan-jalan atau liburan ke luar kota. Kehidupan seperti inilah yang sudah lama saya inginkan dan kini terjawab,” ucapnya tersenyum.
Disela-sela kesibukannya mengurus karier dan keluarga, Vindex masih mempunyai kesibukan lain yaitu merampungkan buku keduanya yang berjudul Indonesia Iconic Dishes. Ia mengatakan targetnya Oktober mendatang buku tersebut selesai, karena akan dibawa ke event Frankfurt Book Fair bersama buku pertamanya yang berjudul, Cooking Inspiration.
Lantas, masih adakah obsesi lain yang ingin diwujudkannya? "tentu saja ada. Suatu saat ketika saya sudah nggak bekerja di perusahaan, saya ingin jadi konsultan dan punya rumah makan yang simpel dimana saya sendiri yang bikin makanan dan melayani tamu, jadi lebih personal," ujarnya mengakhiri perbincangan.