Pandu menjelaskan bahwa jenis bebek yang digunakan adalah bebek sawah berumur agak tua. Menurutnya, usia bebek menentukan lamanya proses masak.
"Kalau untuk bebek kita menggunakan daging bebek yang afkir. Maksudnya bebek agak tua sehingga proses pemasakannya nggak terlalu lama. Rasanya lebih gurih," imbuh Pandu.
Ketika terhidang di meja, bebek goreng ini terasa renyah di luar namun terasa lunak ketika terkoyak di mulut. Rasanya sangat gurih berbalut bumbu rempah-rempah khas Bali, dan sama sekali bebas dari bau amis.
Menu kedua yang tak boleh Anda lewatkan adalah Satay lilit Bali. Hidangan ini tersedia dengan tiga pilihan, yakni daging ayam, ikan dan sapi. Saus yang diracik oleh Chef di Kaffeine terasa sangat pas ketika berpadu dengan daging ayam yang dililit di atas batang serai dan dibakar hingga matang. Sebagai pendamping, hadir pula sop tenggiri yang memiliki citarasa khas rempah di setiap seduhannya.
Selama bulan puasa ini, Kaffeine menyediakan kedua menu yang saya cicipi tersebut hanya dengan harga Rp65 ribu. Lengkap dengan takjil, nasi, dan es teh manis. Sajian yang pas dan lezat untuk berbuka puasa.
Sebagai penutup, Italian pannacotta dari Kaffeine layak Anda jajal. Sejenis puding asal Itali ini memiliki tekstur yang lembut. Rasa manis dari pannacotta pas berpadu dengan strawberry yang sedikit asam. Kombinasi pas bagi Anda yang tak terlalu menyukai manis.
Porsinya juga sangat pas, sehingga hidangan yang dibanderol Rp65 ribu ini menjadi makanan penutup yang sempurna.
Di samping menu-menu khas Bali yang menjadi andalan Kaffeine, Anda juga bisa menjajal sajian Barat seperti steak, burger, bahkan lamb kebab. Sementara untuk minumannya, Kaffeine juga menyediakan koktail seperti Kaffeine mudslide martini hingga Ice chocolate blended.
Soal harga? Hidangan di Kaffeine dibandrol Rp50-300 ribu. Jadi jika sedang mencari tempat berbuka, masukkan Kaffeine ke dalam daftar Anda!