Suara.com - Robby Indra Wahyuda, seorang pegiat kampanye antirokok, Selasa (23/6/2015) menghembuskan nafas terakhir di usia 27 tahun, setelah berjuang melawan kanker pita suara atau larynx stadium 3 yang dideritanya.
Robby mulai merokok kelas 6 SD. Setelah didiagnosa dengan kanker beberapa tahun yang lalu, pita suaranya diangkat, dan ia harus berbicara dengan menempelkan alat ke tenggorokannya. Karena pengalaman inilah Robby memutuskan berbagi kisahnya seluas-luasnya agar generasi muda bisa belajar dari kesalahan-kesalahannya.
Melalui media sosial, Robby buka-bukaan mengenai penyakit kanker larynx, dari hancurnya karir sebagai vokalis band, hingga penyesalannya tidak bisa mengimami istrinya saat shalat. Kisah-kisah yang dibaginya di jejaring sosial menginspirasi banyak anak-anak muda untuk mendukung kampanye antirokok.
Robby juga membuat petisi di www.change.org/dukungFCTC mendorong pemerintah agar melakukan regulasi yang bertanggung jawab terhadap industri rokok.
Berikut kutipan petisinya:
“...Seperti banyak yang lainnya, saya mengenal rokok pada usia muda saat masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar karena tuntutan pergaulan dengan tujuan agar tampak keren. Tanpa saya sadari, yang dulunya saya sering masuk koran karena prestasi, sekarang saya terkenal karena penyakit. Tidak lagi saya dapat meraih mimpi-mimpi saya untuk menjadi seorang vokalis band karena hancurnya pita suara.”
Kepergian Robby, menyisakan duka mendalam pada pegiat antirokok. Rekan Robby, Yosef menuliskan kesannya di #FarewellRobby.
"Kisah Robby dan ocehan-ocehannya di beranda Facebook tak lagi dapat kita ikuti. Robby berkisah tentang dirinya, keluarganya, ayah dan ibunya. Bacalah kisahnya. Yang tidak kalah serunya adalah fakta-fakta dan pengakuan yang disampaikan oleh ribuan followernya menanggapi setiap status Robby.
Saya tidak bisa mengimami istri saya lagi saat sholat", katanya ketika curhat kepada saya. Saya tidak menyangka efek rokok bisa sampai sejauh ini menembus ruang pribadi kehidupan dalam rumah tangga Robby. Mengimami istri adalah salah satu tugas/kewajiban seorang suami dalam agama Islam dan tiba-tiba saja kewajiban yang sakral dalam sebuah rumah tangga ini direnggut begitu saja dan dicampakkan.
Saya menitikkan air mata karena perasaan sedih tiba-tiba menyergap jiwa-raga saya. Robby tidak pernah tahu setelah sesi curhat malam itu saya bersujud syukur sejadi-jadinya karena masih diberi kesempatan kedua oleh Tuhan setelah serangan jantung menghentikan kebiasaan merokok saya 7 tahun silam. Dialog dengan Robby ini mempengaruhi batin saya.” tulis Yosef