Suara.com - Ramadan adalah bulan yang dimuliakan. Di bulan yang suci ini umat Islam berlomba-lomba untuk menggapai berkah dengan berbagai ibadah.
Namun dalam perkembangannya, tanpa sadar Ramadan justru memicu orang untuk lebih konsumtif. Menyambut Ramadan, orang cenderung untuk 'menimbun' bahan makanan. Membeli makanan yang tak biasa dikonsumsi di bulan biasa, dan konsumerisme ini terus memuncak mendekati Lebaran.
Lantas, bagaimana caranya agar tak terlarut dalam budaya konsumerisme ini dan tetap menjalankan ibadan puasa sesuai yang dimaksudkan Tuhan? Berikut tips mengelola keuangan pada bulan Ramadan dan Idul Fitri, dari Nurul Chomaria, S.Psi penulis buku "Cerdas Finansial Ala Keluarga Muslim".
1. Mengetahui kondisi keuangan, dari mana sumbernya, berapa jumlahnya, serta untuk apa saja uang tersebut akan dibelanjakan.
2. Berapapun jumlah uangnya, tetap berpegang pada prinsip pengaturan keuangan islami yang berpatokan pada pemenuhan hak Allah (zakat, infak, sedekah), pemenuhan hak pihak ketiga (pembayaran hutang), investasi (tidak semua pemasukan akan dibelanjakan) dan pemenuhan kebutuhan rutin.
3. Biasakan membuat rencana anggaran pengeluaran. Dengan membuat rencana, kita bisa melihat ’trend’ kapan pengeluaran bulanan ’membengkak’ dan kapan pula pengeluaran ’datar’, atau malah ’mengempis’
4. Rencanakan anggaran Ramadan dan Lebaran jauh-jauh hari. Berhubung ’tren’ telah diketahui, maka 2-3 bulan sebelumnya lakukan perencanaan pengeluaran untuk bulan ’spesial ini’.
5. Tetapkan skala prioritas. Berhubung memasuki bulan spesial, tentu ada pengeluaran yang ’spesial’ pula. Pengeluaran ini tidak bersifat konsumtif, namun yang berkenaan dengan menambah dana untuk infak dan sedekah. Karena bagaimanapun juga, amal pada bulan ini dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
6. Jangan menciptakan kebutuhan. Selama bulan ramadhan, seharusnya pengeluaran bisa hemat karena pola malan yang tadinya 3 kali sehari berubah menjadi 2 kali sehari. Lakukan perencanaan pengeluaran untuk menu seperti hari-hari biasanya (toh kita tahu kaidah makanan sehat dan seimbang).
Demikian juga dengan kebutuhan akan belanja baju baru. Lihat di lemari, apakah kebutuhan untuk itu termasuk penting dan mendesak ?
7. Lakukan ’belanja’ jauh hari sebelum ramadhan dan lebaran. Bulan ramadhan dan lebaran sangat identik dengan baju baru, perlengkapan ibadah baru, serta aneka kue. Nah, untuk barang-barang yang tahan lama, lakukan pembelian jauh hari sebelum datangnya bulan ramadhan/lebaran.
Busana muslim/muslimah, mukena, sarung, sajadah, akan lebih murah harganya di hari biasa daripada ketika telah memasuki bulan ramadhan/menjelang lebaran. Demikian juga dengan bahan-bahan membuat kue : margarin, keju, susu, terigu, dan lain-lainl. Hal yang sama juga berlaku pada kebutuhan untuk mudik. Tiket yang dipesan jauh hari/booking mobil, akan berpengaruh terhadap harga. Biasanya lebih murah.
8. Teguh pada rancana anggaran yang dibuat. Jangan terpancing oleh iklan promo, big sale, banting harga, dan sebaginya. Berfikir sebelum membeli. Jangan terpancing oleh sifat boros, keinginan untuk pamer, atau malah gengsi. Tampil sesuai kemampuan dengan pengupayaan yang optimal, tanpa memaksakan diri.
Toh lebaran hanya 2-3 hari perayaannya, jangan terlalu memaksakan diri sehingga terperosok pada perilaku menggesek kartu kredit atau malah menggali lubang. Ingat, jangan merugikan diri dengan memaksakan diri namun di bulan-bulan berikutnya, kita dihantui oleh tagihan hutang yang membengkak.