Ini Perubahan yang Terjadi Saat Lelaki Menjadi Ayah

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 22 Juni 2015 | 08:51 WIB
Ini Perubahan yang Terjadi Saat Lelaki Menjadi Ayah
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok ayah seringkali digambarkan sebagai simbol kekuatan, kewibawaan, dan segala hal terkait maskulinitas dalam keluarga. Namun, perlu Anda ketahui bahwa di balik itu semua, menurut psikolog, ada banyak perubahan yang terjadi dalam diri lelaki setelah menjadi ayah.

Perubahan yang dialaminya ini meliputi sikap atau perilakunya, kadar hormonnya dan banyak lagi.

Berikut ulasan lebih mendetail mengenai perubahan yang dialami lelaki ketika menjadi ayah seperti dilansir Medical Daily.

1. Mengurangi sikap berisiko
Beberapa waktu lalu, peneliti dari Oregon State University (OSU), mengikuti hidup 200 anak lelaki selama 19 tahun yang memiliki kemungkinan terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi seperti tindakan kriminal, merokok, minum alkohol, mariyuana, dan sebagainya.

Kehidupan mereka diikuti sejak usia 12-31 tahun untuk meneliti tingkah berisiko yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menjadi ayah adalah faktor utama yang membuat mereka secara drastis mengurangi tindakan atau aktivitas berisiko seperti kegiatan kriminal, minum alkohol, serta merokok.

Pengurangan keterlibatan dalam hal-hal berisiko tersebut terlihat drastis berkurang ketika seorang lelaki menjadi ayah di usia akhir 20-an dan awal 30-an dibanding ketika lelaki menjadi ayah di usia remaja atau awal 20-an.

Spekulasinya, menjadi seorang ayah di usia yang wajar dan diharapkan (akhir dekade 20-an dan awal 30-an), membuat lelaki lebih mau mengambil perannya sebagai ayah yang bertanggung jawab serta mengurangi gaya hidup negatif.

2. Kadar testosteron berkurang
Studi di Northwestern University menemukan, lelaki secara biologis ingin menjaga anak-anaknya. Begitu anak-anaknya lahir, kadar testosteron seorang lelaki pada umumnya akan berkurang.

Hormon testosteron adalah hal yang mendorong kecenderungan lelaki untuk berkompetisi mendapatkan pasangan atau berketurunan. Jadi, bila kadar testosteron tetap tinggi, maka aktivitas untuk mencari pasangan akan terus tinggi.

Pengurangan hormon ini juga mengatur banyak hal dalam sisi emosi, psikologi, dan fisik lelaki.

3. Perubahan berat badan
Penelitian yang dipublikasikan dalam Biology Letter mengemukakan, mamalia jantan seperti primata, bisa mengalami kenaikan berat badan sekitar 20 persen ketika pasangannya hamil.

Kenaikan berat badan ini diperkirakan merupakan cara pejantan menyiapkan diri untuk kehadiran anak dengan mencadangkan energi dalam tubuh agar bisa ikut merawat buah hati nantinya. Hal ini juga disebut para peneliti sebagai "gejala kehamilan simpatik".

Selain kenaikan berat badan, beberapa lelaki dilaporkan juga mengalami mual, sakit kepala, gampang marah, susah tidur, sakit punggung, demam, dan gugup karena gejala kehamilan simpatik ini.

4. Fungsi otak lebih baik
Laporan lain mengatakan, calon ayah umumnya mengalami perbaikan dalam fungsi otak, khususnya di area korteks prefrontal. Area ini berada di bagian paling depan otak, dan berperan penting dalam pemikiran abstrak juga analisis yang juga memengaruhi sikap seseorang.

Penelitian mengungkap, setelah kelahiran anak, neuron di area ini menunjukkan konektivitas yang lebih baik. Itu artinya, memiliki anak mendorong fungsi area otak yang bertanggung jawab dalam perencanaan dan daya ingat ini berfungsi lebih baik. Semua kemampuan ini dibutuhkan orangtua dalam mengasuh anak.

James Swain, psikiater dari University of Michigan mengatakan, umumnya perubahan aktivitas otak pada ayah tidak secepat perubahan pada otak ibu. Umumnya di bulan keempat pola perubahan di otak ayah sudah bisa mengimbangi perubahan yang ada pada otak ibu.

Oleh karena itu, di usia bulan keempat, khususnya pada ayah yang sering diubah, baru lebih sensitif terhadap tangis bayi. Hal ini pada akhirnya akan menciptakan ikatan yang kuat antara ayah dan anak.

Swain mengatakan peran ayah dalam keluarga dinilai sangat penting di negara-negara yang modern dan maju, seperti Amerika Serikat, karena kebanyakan keluarga nuklir (keluarga kecil) di negara-negara maju tinggal berjauhan dari keluarga besar.

"Hal ini akan membatasi keluarga-keluarga kecil untuk mendapatkan bantuan, sehingga penting bagi ayah untuk ikut terlibat dalam pengurusan anak dan keluarga," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI