Mereka Tak Hanya Mengenakan Batik, Tapi Juga Membatik

Sabtu, 20 Juni 2015 | 12:42 WIB
Mereka Tak Hanya Mengenakan Batik, Tapi Juga Membatik
Komunitas Batik Remaja Indonesia. (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak-anak muda yang belum genap berusia 20 tahun itu tampak ayik menggoreskan canting ke selembar kain putih. Setelah selesai, mereka dengan tekun mengikuti proses pencelupan yakni proses pewarnaan pada kain batik.

Begitulah sekilas kegiatan anggota Komunitas Remaja Batik Indonesia (KBRI) jika sedang ngumpul. Anak-anak muda ini selalu antusias mempelajari batik yang sejak 2010 lalu telah dikukuhkan UNESCO menjadi salah satu warisan dunia.

Komunitas ini merupakan satu dari begitu banyak kalangan yang giat mempromosikan batik. Ya, meski semakin populer, masih banyak generasi muda yang belum paham betul tentang seluk-beluk batik. Kecintaan pada batik masih sebatas pada  mengenakan batik. Tetapi arti dan filosofi tentang batik, masih banyak yang belum tahu.

Menyadari kondisi ini, beberapa orang yang peduli akan batik, lantas punya gagasan untuk membentuk wadah. Wadah yang lantas dinamai Komunitas Remaja Batik Indonesia (KBRI) itu lahir bertepatan pada perayaan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2009.

"Tepat di Hari Sumpah Pemuda tahun 2009 kita terbentuk. Itu kan hari bangkitnya semangat pemuda Indonesia. Kita ingin kita juga bangkit agar pemuda dapat lebih mencintai budaya bangsanya," ujar Bachtiar Effendi, Ketua Umum dan Pendiri KBRI.

Komunitas ini, menurut Bachtiar, dibentuk sebagai wadah bagi generasi muda untuk bisa belajar tentang sejarah, motif dan filosofi batik Indonesia. Tak ketinggalan tentunya dengan belajar bagaimana cara membatik.

Berkumpul dua kali dalam sebulan pada hari Sabtu di Museum Tekstil Jakarta, proses belajar komunitas ini sengaja dibuat tidak formal dan kaku. Mereka sering memilih alam terbuka untuk bertemu. Konsepnya juga dibikin santai, agar lebih banyak lagi generasi muda yang tertarik ikut kegiatan di KBRI.

Anggota KBRI sedang mencelup batik karya mereka. (suara.com/Dinda Rachmawati)

"Biasanya setiap pertemuan, yang baru-baru diperkenalkan dulu tentang sejarah batik Indonesia, sejak kapan sih, abad berapa. Kalau sudah, mereka ditugaskan untuk cari batik dari berbagai daerah, tentang seluk beluknya. Pertemuan selanjutnya mereka diminta persentasi di antara sesama teman. Jadi melatih mereka juga untuk bisa bicara di depan publik," kata Bachtiar mengisahkan proses belajar di KBRI.

Belajar tentang seluk-beluk batik, rasanya belum lengkap jika tak mencoba sendiri membatik. Dari mulai bagaimana proses membatik, cara mencantingnya hingga pewarnaannya.

Dari berbagai kegiatan ini, pada 2012 KBRI berhasil membuat replika ayam pelung dari kain perca batik setinggi 7 meter, lebar badan dengan ukuran ayam 5 meter dan ekornya hingga 3 meter.

"Setiap bulan Oktober, kami merayakan HUT KBRI dengan mengadakan Jambore Remaja Batik Indonesia, semuanya bisa ikutan. Ini event besarnya setiap tahun. Kami juga mempunyai Komunitas Ambassador yaitu penyanyi Indah Dewi Pertiwi, yang sangat peduli tentang batik," kata dia.

Meski kini makin banyak generasi muda yang peduli pada kelestarian budaya bangsanya, namun menurut Bachtiar, mereka masih mengalami kesulitan dalam mengajak banyak generasi muda bergabung dengan KBRI.

Menurutnya, masih banyak anak muda yang menganggap membatik sebagai ketinggalan jaman.

"KBRI ingin ngilangin stigma itu. Jadi kita ngajak, ayo belajar batik dengan cara kita sendiri. Kita ajak mereka belajarnya pun tidak belajar secara formal yang baku. Kita ajak di museum, kita belajar di ruang terbuka," tambahnya.

Nah, buat kamu yang ingin belajar lebih mendalam tentang batik, KBRI ini kini sudah hadir di lima kota. Selain Jakarta, KBRi kini juga ada di Samarinda, Jambi, Bandung dan Pekalongan.

"Diharapkan generasi muda Indonesia lebih peduli akan budayanya. Tahu akan kekayaan budayanya, pariwisatanya, kita sebagai anak muda harus tahu batik itu seperti apa, belajarlah dari situ," pungkasnya.

Para remaja ini juga belajar mencanting. (suara.com/Dinda Rachmawati)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI