Menguak Kisah Masa Lalu Sriwijaya Ada di "Festival Sriwijaya"

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 04 Juni 2015 | 13:32 WIB
Menguak Kisah Masa Lalu Sriwijaya Ada di "Festival Sriwijaya"
Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. (Foto: AntaraWidodo S. Jusuf)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Festival Sriwijaya kembali akan digelar di Taman Purbakala Kerajaan, Karang Anyar, Palembang, Sumatera Selatan. Festival yang tahun merupakan yang ke-23 kalinya ini akan digelar mulai Kamis (11/6/2015) pekan depan.

Gubernur Sumsel, Alex Noerdin mengatakan, di Festival ini disiapkan ragam kegiatan yang berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini banyak melibatkan para seniman dan budayawan.

"Kita mementaskan Dul Muluk, teater tradisional khas Sumsel yang menampilkan pantun, syair dan nyanyian di dalam ceritanya. Juga seni musik tradisional Batang Hari Sembilan oleh 60 pemusik dan musisi bernada Pentatonis berlirik pantun serta nasihat," kata Alex, Rabu (3/6/2015) dalam acara Festival Sriwijaya ke-23 Pesta Budaya Rakyat Sumsel di Jakarta.

Festival Sriwijaya ke-23 ini juga menyediakan ruang bagi pemusik jalanan, baik yang tradisional hingga kontemporer, untuk menampilkan hasil karya mereka. Setidaknya 20 grup pemusik jalan bakal memeriahkan acara yang disebut sebagai tempat ekspresi dan kreativitas ini.

Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel, Irene Camelyn Sinaga mengatakan, dalam festival kali ini juga ditampilkan kesenian Kuda Lumping yang melibatkan 64 paguyuban Kuda Lumping se-Sumsel. Kesenian Tanah Jawa ini akan dimainkan warga di Sumsel itu menjadi yang pertama kali tampil pada festival serupa di Indonesia.

"Ada juga pertunjukan dan workshop wayang kulit Palembang. Kesenian ini berbeda dengan Wayang Kulit Purwo yang biasa dimainkan di Pulau Jawa karena dimainkan dengan bahasa Palembang Kuno, dan tokoh raja-raja perwayangan yang tampil dari sisi kiri," kata Irene.

Keterlibatan wayang kulit Palembang yang telah berkembang sejak Abad ke-17 Masehi di Festival ini merupakan bagian dari pelestarian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang sudah tercatat di UNESCO sejak tahun 2003.

"Dalam pesta rakyat tersebut juga dimeriahkan permainan rakyat antara lain terompah panjang, gasing, panjat pinang, dan permainan rakyat lainnya yang hampir punah," katanya.    

"Sumatera selatan sangat kaya dengan potensi dan ragam budaya lalu tempat-tempat bersejarah yang luar biasa, jadi sangat bagus kalau kita angkat menjadi salah satu icon Indonesia," kata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam kesempatan yang sama.

Menpar menambahkan, festival ini akan menjadi momentum untuk meningkatkan infrastruktur pariwisata di Sumsel.

"Melalui penyelenggaraan Festival Sriwijaya ini kita mengharapkan agar masyarakat Sumsel terus memperbaiki kelemahan pariwisata terutama di bidang infrastruktur ICT dan infrastruktur pariwisata maupun kesehatan dan higenitas lingkungan," katanya.

Festival Sriwijaya ke-23 2015 kali ini akan menampilkan budaya khas Sumsel sebagai provinsi yang memiliki ragam budaya mulai dari tarian, seni, pakaian, kuliner hingga masyarakatnya lewat pawai budaya.

Festival ini melibatkan seniman dan budayawan serta masyarakat Sumsel.

Menpar Arief Yahya mengatakan, World Economic Forum (WEF) baru-baru ini telah menaikkan penilaian daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global dari semula di peringkat 70 menjadi peringkat 50 dunia.

"Salah satu yang menjadi penilaian dan menjadi keunggulan kita adalah nature dan culture serta harga (price) dan kebijakan yang menempatkan pariwisata sebagai prioritas," katanya.

Presiden Joko Widodo, lanjutnya, telah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2019 menjadi 20 juta wisman atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun ini. Pemerintah juga berharap peringkat daya saing meningkat menjadi ranking 30 dunia.

Untuk itu berbagai upaya harus dilakukan di antaranya meningkatkan fasilitas infrastruktur ICT, infrastruktur pariwisata, maupun kesehatan dan higienitas lingkungan yang selama ini menjadi kendala. (Antara)

REKOMENDASI

TERKINI