Kelainan "Mr P", Tak Hanya Mikropenis

Senin, 01 Juni 2015 | 16:37 WIB
Kelainan "Mr P", Tak Hanya Mikropenis
Ilustrasi (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelainan organ intim lelaki ternyata bisa diketahui sejak si kecil lahir atau malah saat masih di dalam kandungan. Menurut Ahli Urologi RS Siloam ASRI, Dr. dr. Irfan Wahyudi, kelainan pada alat kelamin anak lelaki sangat bervariasi, antara lain ukuran penis kecil (mikropenis), penis tidak muncul (burried penis), lubang kencing tidak normal, dan buah zakar (testis) tidak turun.

"Kalau anaknya baru lahir jangan tanya jenis kelaminnya saja tapi tanya kelengkapan organ kelaminnya juga. Misalnya ukurannya penis bagaimana, turun apa gimana penisnya, saluran kencing normal tidak," kata dokter Irfan pada temu media yang dihelat ASRI Siloam Hospitals Group di Jakarta, pekan lalu.

Lantas apa saja kelainan genital yang biasa ditemukan pada bayi laki-laki? Berikut ulasannya seperti dijelaskan dokter Irfan.

1. Mikropenis
Kelaianan bayi yang umum dijumpai adalah mikropenis atau penis bayi saat lahir berukuran kurang dari 2 sentimeter. Penyebabnya antara lain karena adanya kelainan kerja hormon pada pembentukan alat kelamin laki-laki saat bayi berada dalam kandungan.

Menurut dokter Irfan, bayi yang mengalami masalah mikropenis bisa kembali normal dengan pemberian terapi hormon testosteron. Pemberian terapi ini pun akan efektif jika dilakukan saat anak masuk dalam fase pubertas.

“Terapi akan memberikan hasil terbaik saat anak memasuki masa pubertas yakni pada usia 10-11 tahun. Kalau sudah dewasa sulit berhasil,” imbuh Irfan.

2. Hipospadia.
Pada kondisi ini, ditandai dengan letak lubang kencing bayi yang abnormal yakni tidak berada di ujung kepala penis seperti seharusnya. Sebagian besar anak dengan kelainan ini memiliki batang penis yang melengkung dan terbentuk jaringan ikat yang menarik kulit di sekitarnya.

Menurut Irfan, penyebab dari hipospadia hingga kini belum diketahui secara pasti. Untuk tindakan penyembuhan, bayi bisa menjalani tindakan rekonstruksi.

"Hipospadia tidak menimbulkan rasa sakit namun dapat menyebabkan gangguan pada fungsi reproduksi ketika dewasa karena penis yang bengkok mempersulit pria untuk penetrasi," katanya.

3. Undescended testis (Testis tidak turun)
Bayi yang mengalami kelainan ini posisi testisnya tidak turun ke posisi yang seharusnya. Kasus ini lebih sering ditemukan pada bayi prematur karena proses pembentukan testis dinilai belum sempurna.

"Apabila tidak segera dilakukan terapi penurunan testis, kasus ini bisa memicu timbulnya tumor hingga kanker," kata Irfan.

4. Inconspicuous penis
Pada kondisi ini, penis bayi tidak muncul sehingga terlihat kecil. Faktor penyebabnya antara lain kelainan pada jaringan ikat dan lapisan lemak di bagian bawah perut akibat obesitas. Terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini yakni dengan menjalani tindakan operasi.

5. Kriptorkismus
Kelainan ini sering dijumpai pada anak laki-laki dimana terhentinya proses penurunan satu atau kedua testis di suatu tempat antara rongga perut dengan kantung zakar.

Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu timbulnya komplikasi seperti keganasan hingga menyebabkan gangguan kesuburan. Tatalaksana pasien dilakukan dengan operasi. Operasi ditujukan untuk memperbaiki fungsi testis.

"Operasi sebaiknya dilakukan pada usia 1 tahun karena pada saat ini belum ada pengaruh psikologis dibandingkan pada usia sekolah," pungkas Irfan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI