Suara.com - Bagaimana berdamai dengan disleksia? Ini bisa ditemukan dalam buku "Wonderful Life" karya Amalia Prabowo, yang dirilis pekan lalu di Goethe Haus, Jakarta Pusat.
"Wonderful Life" merupakan sebuah memoir Amalia sebagai orang tua tunggal yang harus membesarkan dua orang putranya, yang salah satunya Aqil (11), yang menyandang disleksia atau kesulitan membaca pada anak karena mereka kesulitan membedakan huruf.
“Perjalanan saya mendampingi Aqil menjalani terapi justru membuka mata saya bahwa anak-anak disleksia juga mampu berprestasi. Lewat buku ini saya ingin menyampaikan bahwa dalam keterbatasan,
hidup tetap bisa berwarna dan bermakna,” ujar Amalia.
Dalam perjalanannya, Amalia kemudian menemukan kemampuan lain dari seorang Aqil yakni melukis. Dan lukisan Aqil ini menghiasi setiap lembar buku ini. Coretan Aqil juga menghiasi latar tempat peluncuran buku ini dilaksanakan. Disleksia memang telah membuat Aqil kesulitan membaca dan menulis, tapi enerji dan imajinasinya tersalurkan ke dalam lukisan-lukisan yang unik dan bernaratif kuat.
"Disleksia justru membebaskan Aqil dari berbagai mata pelajaran yang tak perlu," ujar Jay Wijayanto yang bertindak sebagai moderator dalam acara ini. Kedalaman pesan, kejujuran dan kekuatan harapan dalam buku "Wonderful Life" telah menginspirasi sejumlah pihak untuk memanggungkan cerita ini.
“Karya-karya Aqil memberi impact yang besar bagi orang tua dan lingkungannya, inilah yang menggerakkan saya untuk memfilmkan kisah ini. Rencananya film "Wonderful Life" akan mengajak Angga Sasongko, Anggia Kharisma, dan Glenn Fredly dalam penggarapannya serta akan dibintangi oleh Atiqah Hasiholan," ujar Produser film Handoko Hendroyono.
Pakar drama musikal anak-anak Rama Suprapto juga menunjukkan ketertartarikannya untuk mengangkat cerita Aqil ke dalam bentuk pentas musikal anak.
“Keceriaan Aqil dan imajinasinya yang luas sangat inspiratif. Saya percaya cerita ini bisa di-relate oleh banyak orang, khususnya orang tua dan anak,” ujarnya.
Tak hanya itu, "Wonderful Life" juga dicanangkan untuk menjadi sebuah gerakan sosial berupa roadshow untuk meningkatkan kesadaran disleksia kepada ibu-ibu kelas menengah dan memperkenalkan metode terapi luar ruangan dan kesenian.