Serunya Bersantap di 'Stasiun' Tua

Jum'at, 01 Mei 2015 | 12:07 WIB
Serunya Bersantap di 'Stasiun' Tua
Kafe Tera Walk Station, Bandung (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suara "teng-teng-teng-teng" terdengar saat saya memasuki sebuah restoran bernama 'Tera Walk Station'. Bunyi tersebut berasal dari sebuah lonceng yang dibunyikan oleh pelayan, rasanya mirip sekali dengan penanda akan melintasnya kereta lokomotif tua dalam film-film.

Tak sampai satu menit, meja tempat saya duduk pun bergetar, karena sebuah kereta api baru saja melintas dari arah barat ke timur. Ya, restoran ini karena restoran ini terletak tak jauh dari rel kereta api. Kondisi ini dimanfaatkan pengelola hotel, tempat restoran ini berada, dengan membangun sebuah restoran bertema stasiun kuno di tahun 1920an.

Tak hanya itu, restoran yang memanfaatkan ruang kosong Hotel Panghegar Bandung ini juga mirip seperti museum kereta api mini. Dekorasinya dibuat seakan kita sedang berada di sebuah stasiun. Ornamen khas stasiun kereta api seperti lonceng dan mebel berbentuk loket pembelian tiket makin menguatkan kesan itu.

Sementara di bagian dinding atas, berjejer lukisan kereta api tua, lengkap dengan lokomotif berbahan bakar batu bara. Foto-foto lokomotif tua itu seakan bercerita pada para pengunjung tentang sejarah kereta api di masa lampau.

Interior Kafe Tera Walk Bandung. (suara.com/Dinda Rachmawati)


"Karena dekat dengan palang pintu kereta Jalan Merdeka, kita jadi bisa dengar bunyinya dari sini. Nah setiap itu pula, lonceng akan dipukul oleh pelayan kami, sebagai tanda kereta api akan melewati restoran ini. Bunyi lonceng ini juga mengingatkan bahwa zaman dulu, ketika belum ada palang kereta, orang-orang hanya mengandalkan lonceng," jelas Tazki salah satu pemilik yang juga menata interoir 'Tera Walk Station'.

Beberapa kursi dan meja tamu tua yang menghiasi restoran ini, membuat nuansa khas tahun 20 hingga 30an makin kuat. Adapula pemutar piringan hitam kuno di tengahnya. Mesin jahit, radio, gilingan kopi, lampu dan kipas angin turut membawa siapapun yang datang kembali ke masa lalu.

Di sisi lain, berjejer sofa-sofa empuk berwarna merah menyala. Kontras dengan kesan stasiun kereta api di mas lalu. Namun, bila diamati lebih teliti, sofa-sofa ini mirip kursi kereta api kelas ekonomi di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI