Ini Penyebab Nyeri Saat Haid

Rabu, 22 April 2015 | 17:51 WIB
Ini Penyebab Nyeri Saat Haid
Ilustrasi nyeri haid (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rasa nyeri saat haid bukan lagi hal yang baru bagi setiap perempuan. Bahkan, setiap bulannya, mereka merasa tersiksa dengan beragam gejala yang ditimbulkan oleh 'tamu bulanan' ini.

Menurut dr. Ardiansjah Dara, SpOG, Dismenorea atau nyeri haid muncul ketika tubuh melepaskan hormon prostaglandin, yang bekerja merangsang kontraksi otot yang diperlukan untuk meluruhkan lapisan dinding rahim.

Seiring otot rahim berkontraksi dalam upaya meluruhkan lapisan dinding rahim inilah, lanjut dr. Dara, rasa nyeri atau kram umumnya turut menyertai.

"Sebenarnya nyeri haid itu bukan penyakit, melainkan gejala yang terjadi pada hampir seluruh perempuan berusia 15 hingga 45 tahun. Nyeri haid sendiri ada dua macam, yakni primer dan sekunder," kata dr. Dara, dalam acara 21 Tahun Kiranti "Sahabat Terbaik Wanita", di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (22/04/2015).

Dismenorea Primer, umumnya disebabkan oleh faktor intrinsik uterus rahim. Ini yang umumnya dirasakan banyak perempuan yang berhubungan erat dengan ketidakseimbangan steroid seks ovarium tanpa adanya kelainan organik.

Biasanya disertai dengan gejala mual, pusing, muntah, nyeri kepala, kelelahan, sakit saat buang air besar, kram perut hebat hingga diare.

Sementara untuk Dismenorea sekunder, kata dr. Dara disebabkan karena adanya kelainan dalam pelvis, seperti mioma uteri, kista ovarium, endometriosis hingga radang panggul.

"Tanda gejala nyeri haid sekunder ini umumnya nyeri timbul kapan saja, tidak selalu saat sedang haid. Saat haid, makin sakit," ujarnya.

Untuk mengurangi rasa nyeri haid primer, dr. Dara, menyarankan agar para perempuan lebih sering melakukan aktivitas fisik, lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah agar tidak terlalu terfokus pada rasa sakit, tidur cukup, senam, minum banyak air putih, hingga orgasme.

"Pada kasus yang berat, ovulasi boleh dihambat dengan pil kontrasepsi atau suntikan progestin intramuskular agar darah kotor yang keluar bisa lancar dan tidak menyebabkan nyeri. Sementara nyeri haid sekunder dapat ditangani dengan tindakan operatif," tambah dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI