Rasa cintanya terhadap kuliner Indonesia yang begitu kuat inilah yang membuat Sisca termotivasi untuk memperkenalkan keragaman kuliner khas Indonesia di masyarakat internasional. Ini telah dibuktikannya melalui berbagai cara. Selain kerap tampil sebagai pembicara dan mengisi acara demo masak di berbagai event dan media, ia juga beberapa kali menjadi pembicara dan melakukan demo masak di luar negeri.
Semua itu dilakukannya, karena Sisca mengaku, ingin menduniakan sajian Indonesia. “Baru-baru ini saya ‘kan di undang ke pameran buku di Leipzig, Jerman. Di acara itu saya menjadi pembicara untuk sajian Indonesia. Sedangkan Oktober mendatang, rencananya saya akan demo masak di pameran buku di Frankfurt,” jelas sulung dari lima bersaudara ini.
Sisca berpendapat, masakan Indonesia sebenarnya banyak digemari oleh orang luar negeri, karena cita rasanya yang khas, belum lagi aromanya yang menggoda selera sehingga mereka sangat tertarik untuk mencoba. Namun mereka masih banyak yang beranggapan bahwa masakan Indonesia sulit membuatnya, karena membutuhkan banyak bumbu dan bahan lainnya.
“Buat saya ini adalah sebuah tantangan dimana kita harus bisa menjelaskan bahwa membuat masakan Indonesia itu tidak sesulit seperti yang mereka bayangkan. Bumbu sebenarnya bisa disiasati dengan menyimpannya dalam kulkas setelah diracik, sehingga saat akan masak tinggal pakai, praktis ‘kan, jadinya?” terang perempuan kelahiran Surabaya, 8 April 1949 ini.
Kepiawaian Sisca dalam memasak sekaligus membuat inovasi-inovasi baru untuk mengembangkan kuliner Indonesia memang tidak diragukan lagi. Terlebih ia sudah memiliki jam terbang di dunia kuliner yang begitu tinggi plus didukung pula oleh latar belakang pendidikan yang sejalan dengan profesinya itu.
Bila merunut lagi bagaimana awalnya ia merintis karier di dunia kuliner, setelah menamatkan kuliah di Jurusan Perhotelan, Akademi Pariwisata Trisakti, Jakarta, Sisca memulai karirnya sebagai asisten dosen hingga dosen senior di Akademi Pariwisata Trisakti, sejak 1977-1991. Kemudian, ia mendapatkan beasiswa di China Baking School, Taipei, Taiwan, dan American Institute Of Baking, Manhattan Kansas, USA.
Tak hanya sukses berkarier di bidang akademik, Sisca juga pernah bekerja di sebuah majalah perempuan terkenal sebagai manajer proyek khusus pada 1991-1995. Setelah itu, ia bekerja di perusahaan makanan beku sebagai product development manager, membuat formula nugget, seafood, ayam dan dimsum, dan dari tahun 1995-1999 .
Kariernya di dunia kuliner semakin bersinar tatkala Sisca di percaya untuk menjadi Celebrity Chef di sebuah stasiun TV swasta untuk program Aroma, selama lebih dari 12 tahun, dari 1996-2008. Sejak itulah ia sering diundang untuk mengisi acara demo masak di seluruh Indonesia, bahkan beberapa kali menjadi bintang iklan produk boga, food stylish untuk packaging merek-merek makanan terkenal, konsultan kuliner untuk hotel dan perusahan-perusahaan besar.
Sebagai wujud cintanya pada perempuan Indonesia, juga kepeduliannya terhadap kuliner Indonesia, perempuan yang sudah beberapa kali menyabet penghargaan di bidang kuliner ini, telah mempersembahkan lebih dari 100 judul buku di bidang kuliner. Karenanya tak heran bila hingga kini ia masih produktif berkarya meski usianya telah menginjak 66 tahun.
Tak hanya itu, di usianya yang senja, ibu dari tiga anak ini masih terlihat cantik dengan bentuk tubuh yang terjaga, apa sih rahasianya? “Wah, saya nggak punya rahasia khusus soal itu. Resepnya sederhana saja kok, melakukan perawatan standar seperti rajin cuci muka dan makan secukupnya saja,” ungkapnya yang mengaku tak pernah melakukan perawatan kecantikan di salon.