Jumlah kaum waria di Indonesia, menurut observasi yang dilakukan O'Shea, memiliki kecenderungan mengalami peningkatan. Namun, sikap intoleran yang diarahkan pada mereka juga kian meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
O'Shea, seperti dikutip News.com.au, mengatakan bahwa kaum waria kerap mendapat ancaman dari kelompok-kelompok tertentu.
"Secara keseluruhan, ada tradisi intoleransi terhadap kebudayaan," kata O'Shea.
Tak hanya ancaman. Terkadang kelompok-kelompok tersebut membubarkan paksa pertemuan-pertemuan waria. Mereka juga kerap menggagalkan pelaksanaan pemilihan ratu kecantikan.
O'Shea juga menuturkan, waria juga sering jadi bahan cemoohan. Tak jarang mereka harus kuat menahan perihnya olokan dari masyarakat.
"Orang-orang mentertawai mereka namun juga mendukung mereka," sambung O'Shea.
Kaum waria juga sulit mendapat pekerjaan yang berhubungan dengan layanan publik, dan harus berpakaian seperti lelaki jika ingin mendapatkan pekerjaan.
Bahaya yang bisa dialami waria di jalan juga jadi sorotan, seperti kekerasan, juga pelecehan seksual. Yang menyakitkan, menurut O'Shea, dalam beberapa kasus, ada kesan bahwa aparat penegak hukum melakukan pembiaran.
Meski banyak keluhan yang dialami kaum transgender, O'Shea yakin bahwa suatu saat komunitas waria dapat diterima masyarakat luas.
"Indonesia punya banyak masalah dan transisi mereka menuju demokrasi masih dalam proses," kata O'Shea.