Benarkah Jalan-jalan ke Jepang Itu Mahal?

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 25 Maret 2015 | 14:27 WIB
Benarkah Jalan-jalan ke Jepang Itu Mahal?
Ilustrasi Jepang (shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jepang hingga saat ini masih disebut sebagai salah satu tujuan wisata termahal di dunia. Tingginya biaya hidup dan inflasi di Jepang membuat siapapun yang berkunjung ke sana, berpikir dua kali untuk jalan-jalan ke negeri sakura ini.

Sangat sulit menemukan hotel murah di negeri matahari terbit sakura. Belum lagi transportasi apalagi sewa taksi yang super mahal. Sehingga tak heran jika ada yang mengatakan, dengan uang yang dihabiskan bepergian di Jepang, seseorang dapat mengunjungi semua negara Asia Tenggara.

Namun menurut Assistant manager Japan National Tourism Organization (JNTO) Pradipta Christian, hal ini tak sepenuhnya benar. Karena sejak beberapa tahun terakhir pemerintah Jepang telah menerapkan berbagai kebijakan untuk memudahkan mereka yang ingin berwisata ke Jepang. Salah satunya adalah kemudahan mengurus visa.

"Kini visa ke Jepang bisa berlaku selama tiga tahun. Bahkan bagi para pemegang e-paspor tak perlu mengurus visa," ujar Pradipta, kepada suara.com di sela Japan Travel Fair di Jakarta beberapa waktu lalu.

Selain itu, sejumlah maskapai penerbangan kini banyak menawarkan tiket promo ke Jepang. Biasanya tiket promo ini, ditawarkan pada momen-momen tertentu seperti saat pameran wisata ataupun lewat penawaran khusus di tengah malam.

Jadi, tambah Pradipta, jika ingin mengejar tiket murah ke Jepang rajin-rajinlah ke pameran atau berselancar memesan tiket secara daring.  Sedangkan untuk transportasi di Jepang, tersedia paket JR Pass seharga 29.110 yen yang hanya berlaku bagi wisatawan asing.

"Pass ini bisa digunakan untuk sejumlah perjalanan, dan berlaku selama satu minggu," terang Pradipta.

Satu cara lagi untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan saat ingin jalan-jalan ke Jepang, adalah menghindari saat puncak yang biasa di musim semi (April-Mei). Meski diakui Dipta saat itu adalah saat terbagus di Jepang, karena bunga sakura yang menjadi lambang negeri sakura ini sedang bermekaran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI