Mien R. Uno, Bangga Menjadi Pendidik

Esti Utami Suara.Com
Senin, 16 Maret 2015 | 13:06 WIB
Mien R. Uno, Bangga Menjadi Pendidik
Mien R. Uno (suara.com/Kurniawan Mas'ud)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Setiap gerak-geriknya sangat terjaga dan mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi. Dan setiap kehadirannya selalu membawa aura positif. Tak heran, karena tokoh kita kali ini memang seorang pakar etiket dan pengembangan diri. 

Dia adalah Rahmini Rachman Uno atau yang lebih dikenal sebagai Mien R. Uno. Perempuan kelahiran Indramayu, 23 Mei 1941 ini juga dikenal sebagai pendidik.

Dunia pendidikan memang sudah menjadi mimpi bu Mien, demikian ia biasa disapa, sejak muda. Ini tak lepas dari pengalaman masa kecilnya yang terlahir di tengah keluarga pendidik. Sang ayah, R. Abdullah Rachman dan ibu, Siti Koersilah adalah guru dan pendidik yang tegas mendidik para siswa dan delapan putra-putrinya.

"Mendidik bagi orangtua saya tak hanya di bangku sekolah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral agama, tanggung-jawab dan kejujuran sejak dari rumah," papar bu Mien dalam perbincangannya dengan suara.com beberapa waktu lalu.

Ia mengisahkan, orang tuanya selalu mengajarkan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab. Dari yang tertua sampai yang bungsu diberi tugas rumah tangga yang setiap hari harus dikerjakan. Kakak sulungnya yang perempuan misalnya, punya tugas mengurus makanan, yang kedua (perempuan) mengurus cucian dan setrika. Sedangkan anak laki-laki tertua ditugasi mengurus kebun di halaman rumah.

"Saya sendiri mendapatkan tugas merapikan tempat tidur setelah bangun pagi," ujarnya.

Pembagian tugas inilah yang membuat Mien kecil dan tujuh saudaranya belajar tanggung jawab. Pendidikan itu juga yang menginspirasi Mien remaja untuk menjadi seorang pendidik. Maka, setamat dari bangku SMP, Mien masuk Sekolah Pendidikan Guru (SGA) di Bogor. Setelah itu, dia melanjutkan ke IKIP Negeri Bandung dan mengambil jurusan Administrasi Pendidikan.

Mien R. Uno bersama suami dan kedua putranya. (suara.com/Kurniawan Mas'ud)

Namun selulus kuliah, Mien tak langsung menjadi guru. Setelah menikah dengan Razif Halik Uno atau yang dikenal sebagai Henk Uno, Mien justru memilih mendampingi sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan energi di Riau. Selama hampir sepuluh tahun itu, perempuan yang selalu apik berbusana ini lebih banyak mencurahkan waktunya untuk keluarga.

"Saat saya kecil, mama selalu ada untuk kami dan selalu menekankan untuk meraih dan melakukan yang terbaik dalam hidup," kenang Sandiaga Uno tentang ibunya.  

Kesempatan baru datang ketika kedua putranya, Indra Cahya Uno dan Sandiaga Uno beranjak remaja. Mimpinya untuk menjadi pendidik makin merekah ketika keluarganya memutuskan pindah ke Jakarta pada 1973.
Mien yang saat itu berusia 32 tahun, mulai belajar dan mengajar di Martha Tilaar Beauty Gallery. Lewat wadah itu pula, Mien lantas dipercaya mengasuh acara "Dunia Wanita" di TVRI.

Di sela kesibukannya itu, perempuan penyuka kebaya ini juga aktif memperkenalkan kain tradisional Nusantara. Hingga pada 1975 Mien bergabung dalam Himpunan Pencinta kain Tenun dan Batik ”Wastraprema”. Ia juga aktif menjadi pengusaha sehingga pada 1978 diangkat menjadi Sekretaris Jendral IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia).

Di tengah kesibukannya ini, Mien yang dikenal sangat detil ini tak segan membagi pengetahuannya soal etiket dan pengembangan diri. Ini dilakukan baik lewat pergaulan maupun sekolah yang dipimpinnya. Bahkan kini di usianya yang telah lewat 70 tahun, ia masih sering memberi presentasi di berbagai forum.

Mien juga menuangkan pikirannya dalam bentuk kolom di berbagai media, di samping giat mengisi rubrik konsultasi seputar keahliannya sebagai pakar etiket dan pengembangan diri.

"Prinsip hidup bagi saya adalah membagi ilmu dan memberi inspirasi bagi sebanyak mungkin orang," imbuhnya.

Berbicara di depan publik menjadi keahlian Mien R. Uno (suara.com/Kurniawan Mas'ud)

Perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Wanita Berbusana Terbaik 1985 oleh Majalah Mode ini juga selalu menekankan pentingnya disiplin dan konsistensi dalam menjalankan ajaran agama, kejujuran, prinsip menghargai orang lain dan  tanggung jawab dalam mendidik.

Nilai-nilai itulah yang selalu ia tularkan kepada kedua putra dan anak didiknya di Mien R. Uno Foundation. Yayasan ini didirikan dengan tujuan untuk mendidik generasi muda sehingga lahir masyarakat yang lebih mementingkan moral dan agama dalam menjalani hidup, sekaligus menumbuhkan semangat wirausaha yang menurutnya masih rendah.

Karena kiprahnya ini, sederet penghargaan pun diterimanya, antara lain: Recognition of Excellence 1987; The Most Outstanding Performance 1988; Public Figure 1990; Top Executive Indonesia 1992–1993; Citra Wanita Pembangunan Indonesia 1994; Indonesian Woman of The Year 1995; Citra Abadi Pembangunan Nasional 1996; Globe Asia 99; Most Powerful Women, Permata Pertiwi 2008.  Namanya juga masuk dalam daftar 99 wanita paling berpengaruh di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007. Prestasinya juga diakui di luar negeri dan ia termasuk salah satu dari juri World Entrepreneur of The Year 2010 di Monte Carlo, Monaco.

Bisa dibilang, bu Mien telah sukses mewujudkan cita-citanya menjadi pendidik. Ia juga telah sukses mengantarkan kedua putranya ke gerbang sukses. Namun ia masih menyimpan mimpi besar yakni terciptanya masyarakat yang semakin terdidik tanpa menanggalkan kearifan nilai-nilai lokal.  

"Sepertinya pemerintah yang tiap kali berganti tak konsisten menjalankan sistim pendidikan yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantoro, tetapi selalu mencoba mengadaptasi teori pendidikan dari luar yang menurut saya tak selalu cocok dengan budaya kita di Indonesia," ujarnya masgul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI