Demam Batu Akik Buat Pedagang Burung 'Gigit Jari'

Ardi Mandiri Suara.Com
Sabtu, 14 Maret 2015 | 13:28 WIB
Demam Batu Akik Buat Pedagang Burung 'Gigit Jari'
Batu akik. (suara.com/Erick Tanjung)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demam batu giok dan akik yang kini melanda Tanah Air ternyata berimbas pada omzet penjualan burung kicau. Para pedagang burung di Banda Aceh mengaku omzet penjualan mereka turun drastis ketika giok dan akik melejit.

"Omzet penjualan burung kicau selama demam batu akik ini jauh berkurang,” kata Ahmad, pemilik kios Ahmad Jaya, penjual burung kicau dan makanan ternak di kawasan Neusu, Banda Aceh, Sabtu (14/3/15).

Menurutnya, sebelum demam batu melanda, dalam sehari omzet tokonya mencapai Rp7 juta sampai Rp10 juta. "Sekarang paling hanya tiga juta. Saat ini yang rutin datang biasanya hanya untuk membeli makanan (umpan) saja,” katanya lagi.

Selain kurangnya pembeli burung kicau, Ahmad juga mengatakan pasca-giok membooming, kontes burung kicauan pun juga jarang dilaksanakan.

Penurunan omzet semenjak demam akik tak hanya dialami oleh Ahmad. Salah satu toko di kawasan Keutapang, malah terpaksa membanting harga untuk berbagai jenis burung kicau.

Dulu seekor burung kicau jenis kacer bisa dibandrol diatas Rp 500 ribu. Namun semenjak batu akik menjadi hobi baru, pemilik toko tersebut membanting harga jual burung jenis tersebut setengah harga.

“Ambil terus bang, ini sudah makan voor (pakan burung dari dedak). Buat abang saya kasih Rp 250 saja,” kata Ismail pemilik toko itu.

Meski demikian, para penjual burung kicau tetap optimis bahwa para pecinta burung jenis kicauan akan kembali kepada hobinya semula.

"Kalau saya lihat sekarang demam batu akik sudah mulai menurun. Bisa jadi sebentar lagi mereka yang dulu hobi dengan burung kicau akan kembali ke hobi ini,” ucap Ismail.[Alfiansyah Ocxie]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI