"Street Workout", Berotot Tanpa Latihan Beban

Sabtu, 14 Maret 2015 | 12:34 WIB
"Street Workout", Berotot Tanpa Latihan Beban
Street Workout. (suara.com/ Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa bilang untuk sehat dan mendapatkan postur tubuh ideal harus melakukan latihan rumit dan perawatan tubuh yang mahal? Para pegiat street workout di Indonesia telah membuktikannya, mereka dapatkan badan yang ideal dengan latihan sederhana.

Tak percaya? Datang saja ke area Car Free Day Sudirman-Thamrin di sekitar Bundaran HI. Jika menemukan gerombolan laki-laki berotot dengan perut bersekat atau perempuan dengan perut dan pinggang yang ramping sedang melakukan latihan fisik dengan berbagai gaya, bisa dipastikan itu adalah anggota street workout.

Dan ketika saya menemui mereka, di sebuah Minggu pagi beberapa waktu lalu, sebuah pull bar berdiri kokoh di depan salah satu gedung pencakar langit di area CFD, beberapa laki-laki dan perempuan bergantian melakukan gaya pull up yang cukup ekstrim, sementara yang lainnya menyemangati dan memberi arahan.

Pagi itu, Asosiasi Street Workout Indonesia sedang mengadakan latihan rutin sekaligus menggalang donasi untuk anak-anak yang kurang beruntung.  Ya, mereka tak hanya getol berolahraga tapi juga aktif melakukan aksi sosial. Sangat sering mereka melakukan push up untuk menggalang donasi. Komunitas ini juga cukup peduli dengan lingkungan, sehingga jangan kager jika anggota Street Workout sedang memungut sampah di sekitar lokasi tempat mereka berlatih.

Adalah Adhitya Lesmana, salah seorang perintis street workout di Indonesia. Ia juga yang mendirikan Asosiasi Street Workout Indonesia yang menjembatani komunitas-komunitas street workout lainnya.

Ide itu datang dua tahun lalu, Ia dan teman-temannya melihat banyak orang yang sulit mendapatkan akses untuk berolahraga. Kebanyakan orang, menurutnya, menganggap bahwa mendapatkan tubuh sehat dan ideal hanya bisa dilakukan di tempat-tempat kebugaran yang menguras isi kantong.

Padahal ia tahu, dengan menerapkan metode kalestenik, latihan beban tanpa alat dan hanya mengandalkan beban tubuh, orang bisa mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar.  Melihat kondisi ini, Adhitya pun lantas membentuk sebuah komunitas bernama 'Workout Embassy' yang menggelar latihan rutinnya di pintu VI Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

"Orang-orang harus tahu bahwa mendapat tubuh sehat, kuat, berotot itu nggak perlu mahal-mahal dengan nge-gym. Kita buktinya," kata Adhitya pada suara.com ketika ditemui di sela-sela latihan.

Kegiatan latihan fisik bersama ini pun gratis alias tidak dipungut biaya. Perempuan, laki-laki, bahkan pemula pun bisa bergabung dalam komunitas ini. Ada tiga kegiatan rutin, yang setiap minggu dihelat oleh Workout Embassy.

Pertama adalah "C", yang dikhususkan bagi perempuan untuk berolahraga dan dilatih oleh para expert di bidang olahraga tertentu.

Program kedua adalah "We Get Fit". Semua anggota komunitas ini melakukan latihan rutin di Stadion GBK Senayan. Di sini para pegiat kalestenik saling membagi ilmu yang dikuasainya kepada anggota lain.

Sedangkan program ketiga adalah program yang dilaksanakan setiap minggu pagi pada area Car Free Day, bernama "Grab Your Junk". Di sini, anggota Workout Embassy akan lari bersama sambil memunguti sampah di sekitaran daerah CFD.

Ketika ditanya mengapa Ia mengombinasikan aktivitas fisik dengan kegiatan sosial, Adhit mengungkapkan bahwa sedari awal ia memang inginagar komunitas ini menjadi solusi untuk permasalahan sosial. Ia dan teman-temannya seringkali menjadikan aktivitas fisik yang dilakoni tak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tapi juga bisa membantu sesama.

"Kita pernah lari sampai totalnya 1000 km selama sebulan, terus dana yang terkumpul didonasikan buat bikin seminar untuk guru-guru olahraga yang kurang mampu. Guru-guru olahraga selalu dihadapin tantangan, murid mereka gak bisa maksimal karena alat-alat terbatas. Nah kita ngadain seminar supaya dengan alat seadanya pun mereka juga masih bisa maksimal," katanya.

Kini Adhit tak sendiri, para pegiat street workout di daerah-daerah juga membentuk komunitas sendiri. Dan, total kini ada 38 tim di seluruh Indonesia. Mereka sering berkumpul untuk melakukan latihan bareng sambil beramal atau mengikuti kompetisi street workout yang diadakan Asosiasi Street Workout Indonesia.

Komunitas "Street Workout" Indonesia. (suara.com/Firsta Nodia)

Salah satu anggota komunitas, Jati Pamungkas (23) yang bergabung sejak Januari lalu merasakan manfaat dari latihan rutin yang diikutinya. Lingkar pinggangnya berkurang, dari semula 38 ke 35 setelah tiga minggu melakukan latihan bersama komunitas Street Workout Velodrome Rawamangun, tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Awalnya sebelum bergabung lingkar pinggang saya 38, sekarang sudah 35. Sampai-sampai saya harus ngecilin semua celana saya," ungkap Jati sembari terkekeh.

Jati menuturkan, saat baru bergabung ia tak langsung bergelayutan di pegangan besi pull up bar. Awalnya, ia hanya  melakukan latihan-latihan sederhana seperti push up, sit up, dan lari. Meski tersengal-sengal dengan bobot tubuh yang awalnya mencapai 90 kilogram, Jati terus bersemangat melakukan latihan kalestenik ini, hingga bobot turun tiga kilogram dalam waktu kurang dari sebulan.

Perubahan drastis yang dirasakan Jati ternyata hanya satu dari sekian banyak orang yang merasakan manfaat dari mengikuti street workout ini. Kini ia tak hanya rutin berolahraga, tapi juga sering berbagi motivasi dengan sesama pegiat street workout untuk menjalani pola hidup sehat.

Jadi bagi Anda yang ingin sehat sekaligus beramal, segeralah bergabung dengan komunitas street workout di daerahmu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI