Namanya Karl Larsen. Ia adalah fotografer lepas atau yang lebih dikenal sebagai paparazi yang berbasis di Los Angeles, AS. Sehari-hari ia berkeliling Los Angeles untuk 'berburu' selebriti dengan kamera Canon 1DX yang harnya mencapai 7.500 dolar atau hampir Rp100 juta.
Dalam mencari selebriti, banyak paparazi yang hanya berkeliling di seputar restoran populer yang di kalangan fotografer dikenal dengan istilah 'trawl'. Tapi Larsen bekerja dengan cara sedikit berbeda. Alih-alih hanya berkeliling sambil berharap untuk melihat bintang, Larsen akan menargetkan siapapun yang muncul menjadi berita utama minggu itu. Seperti, ketika berita ini diliput, ia sedang mengejar Bruce Jenner.
"Biasanya saya tidak akan peduli Bruce Jenner tetapi dengan transformasi gender ini serta kecelakaan mobil membuat dia besar," kata Larsen, yang telah mencoba untuk mendapatkan foto bintang reality TV itu beberapa hari sebelumnya.
Untuk melacak bintang yang turun, ia bergantung pada pengetahuannya yang luas tentang rutinitas para selebriti. Ia pun dengan rinci menceritakan kebiasaan Bruce biasa minum kopi sekitar pukul 6:00 setiap pagi, jadi dia ke rumahnya pada pukul 4:45. Sehingga ketika seseorang benar-benar meninggalkan komunitas itu pada pukul 4:50 ia cukup yakin itu adalah Bruce.
"Aku membiarkan mobilnya pergi untuk sedikit sehingga dia tidak melihat lampu mobil saya keluar segera dan kemudian saya pergi setelah dia dan saya tidak bisa bertemu muka. Jadi aku berpikir dia menepi untuk menutup kesempatan siapapun untuk mengikutinya. Aku pergi ke kedai kopi langganannya dan sudah ada fotografer menunggu jadi aku pindah," ujarnya.
Ia menambahkan, fotografer mengandalkan "tipsters" yang memberi mereka bocoran waktu para bintang akan berada di lokasi favoritnya. Sedangkan Larsen bekerja dengan tipstersnya dengan kesepakatan bayar per-tip, tapi dia menyadari orang lain mungkin memiliki pengaturan yang lebih permanen.
"Saya tahu bahwa tipsters benar-benar baik, seperti tippers bandara, dan salah satu yang mahal juga. Mereka akan mendapatkan daftar semua orang terbang keluar dan mereka dapat memberi informasi pada fotografer tentang informasi ini," ujarnya.
Lalu bagaimana jika Larsen berhasil mendapatkan foto eksklusif selebriti yang dikejarnya. Segera setelah foto didapat, maka fotonya dapat muncul di situs berita di seluruh dunia dalam waktu satu jam. Di atas mobilnya, dia mengunggah hasil jepretannya dengan menggunakan laptop-nya, menulis beberapa keterangan dan mengirimkannya melalui agensinya.
Suara.com - "Karena sebagian besar foto-foto saya eksklusif, agen akan menempatkan set gambar bersama-sama dan kemudian mereka mencari tahu di mana untuk menjual mereka, di Australia, Amerika Serikat atau Inggris," katanya.
Agen itu, tambah Larsen, kemudian melakukan kontak dengan semua majalah besar atau situs berita dan akan melihat yang ingin membelinya secara eksklusif. Dan semua itu berlangsung dalam waktu satu jam.
Lantas bagaimana Larsen digaji? Ia mengaku menerima gaji bulanan, tapi jumlahnya tak terlalu besar. Terus terang ia mengaku bekerja untuk komisi. Larsen yang bergabung dengan agennya sekitar enam bulan lalu menambahkan, gaji yang diterimanya tidak akan bisa dijadikan gantungan hidup.
"Tapi aku bisa membayar semua biaya utama saya dengan itu. Pada dasarnya itu meliputi sewa saya, makanan dan bbm. Tapi Anda benar-benar perlu untuk komisi untuk membuat uang yang layak, dan itulah yang membuat Anda pergi. "
Untuk memaksimalkan komisinya, Larsen hanya mencari foto eksklusif. Salah satu foto termahalnya adalah foto Paris Hilton yang menangis di belakang sebuah mobil polisi ketika ia harus dikirim kembali ke penjara.
Hasil jepretan Larsen pada 2007 itu dihargai 100.000 dolar atau sekitar Rp1 miliar(USD), dan dia berhak setengah dari angaka itu atau sekitar 50.000 dolar.
"Tidak buruk untuk pekerjaan sehari-hari," ujarnya. (news.com.au)
BERITA MENARIK LAINNYA:
Buktikan Payudara Asli, Duo Serigala Rela Diremas
Perlakuan Keji di Lokasi Jatuhnya MH17 Terekam Kamera
Ditinggal 'Umrah' Darius, Donna Agnesia Kesepian