Aoshima, 'Surganya' Kucing yang Diserbu Wisatawan

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 04 Maret 2015 | 21:12 WIB
Aoshima, 'Surganya' Kucing yang Diserbu Wisatawan
Segerombolan kucing tampak memenuhi dermaga Pulau Aoshima di Prefektur Ehime, sebelah selatan Jepang, akhir Februari 2015 lalu. [Reuters/Thomas Peter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anda yang menyukai kucing rasanya perlu menyambangi Aoshima, sebuah pulau terpencil di selatan Jepang yang dihuni oleh ratusan kucing yang lucu dan menggemaskan itu.

Saking banyaknya jumlah kucing bahkan melebihi populasi manusia yang tinggal di sana membuat Aoshima dijuluki sebagai "Pulau Kucing". Kondisi inilah yang membuat banyak wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk mengunjungi pulau tersebut.

Keberadaan kucing di Pulau Aoshima bermula ketika kali pertama -- tepatnya 380 tahun lalu, warga bermigrasi ke pulau yang memiliki luas 1,6 kilometer itu. Kala itu, mereka mendirikan sebuah desa nelayan dan membawa kucing untuk mengatasi tikus yang menyerang perahu nelayan.

Ketika tikus-tikus berhasil diusir, para kucing tersebut tetap tinggal di pulau itu dan beranak pinak. Hingga kini jumlahnya telah mencapai lebih dari 120 ekor kucing dengan jumlah manusia yang tinggal di sana kurang dari 20 orang.

Warga Pulau Aoshima sebagian besar adalah pensiunan yang berusia antara 50 dan 80 tahun yang tidak mengikuti gelombang migrasi yang mencari kerja di perkotaan setelah Perang Dunia II.

Pada 1945, Aoshima adalah tempat tinggal bagi 900 orang. Tapi sekarang, satu-satunya tanda kegiatan manusia di sana adalah naik turunnya penumpang kapal dari daratan, yang mengunjungi tempat yang dikenal sebagai "Pulau Kucing".

Untuk mencapai pulau tersebut, Anda bisa menggunakan kapal feri selama 30 menit dari lepas pantai Kota Ehime.

Menurut sebuah harian di Jepang, penduduk pulau ini mengatakan, jumlah kucing mulai bertambah secara drastis sejak satu dekade lalu. Penduduk setempat mengatakan di saat populasi manusia menurun, perkembangbiakan kucing menjadi tidak terkontrol.

Meski di pulau ini tak ada restoran, mobil, toko atau kios penjual makanan ringan yang tentu saja bukan tempat menyenangkan bagi wisatawan, tapi tidak demikian bagi para pencinta kucing. Mereka justru tertarik untuk mendatangi pulau ini untuk melihat ratusan kucing liar, tapi memiliki tubuh gemuk dengan bulu lebatnya. 

"Ada banyak kucing di sini, dan ada semacam induk semang kucing yang keluar untuk memberi makan kucing-kucing, itu cukup menyenangkan, saya ingin datang lagi ke sini," kata Makiko Yamasaki yang berusia 27 tahun.

Daya tarik kucing tak mengherankan bagi negara yang terkenal akan ikon dunia "Hello Kitty" ini, dan kafe kucing yang telah lama populer di Tokyo, mengakomodasi penyuka kucing yang tidak bisa menjaga hewan di rumah karena peraturan ketat perumahan, yang sering melarang adanya hewan peliharaan.

Kucing-kucing di Aoshima tidak terlalu memilih makanan. Mereka bertahan hidup dengan makan nasi kepal, snack energi atau kentang yang mereka dapat dari para wisatawan. Tidak adanya predator alamiah membuat mereka bisa berkeliaran di pulau itu tanpa rasa takut.

Namun, tidak semua warga menyukai kehadiran kucing-kucing itu. Seorang perempuan tua bahkan ada yang mengusir hewan-hewan itu dengan tongkat saat mereka menggali halaman belakangnya. Warga lokal juga berusaha mengendalikan populasi kucing ini. Setidaknya 10 ekor kucing telah dinetralkan.

Warga setempat juga mengatakan tidak keberatan dengan kehadiran para wisatawan selama hidup mereka tidak terusik.

“Jika orang datang ke pulau ini dan menemukan kalau kucing-kucing ini menyembuhkan mereka, saya rasa itu baik. Saya hanya berharap itu dilakukan dengan cara yang tidak memberikan beban bagi orang-orang yang tinggal di sini,” ujar Hidenori Kamimoto (65), nelayan setempat. (Asiaone/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI