Pentingnya Teman Imajiner bagi Tumbuh Kembang Anak

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 04 Maret 2015 | 07:00 WIB
Pentingnya Teman Imajiner bagi Tumbuh Kembang Anak
Ilustrasi mainan (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa teman imajiner Anda? Sayang jika Anda tak memiliki satu teman imajiner. Karena penelitian yang dilakukan Sky baru-baru ini mengungkap pengaruh seorang teman imajiner bagi tumbuh kembangnya seorang anak sangat besar.

Survei yang dilakukan peluncuran seri ketiga acara komedi "Moone Boy" ini mengungkap responden yang mengaku memiliki setidaknya satu teman imajiner saat mereka masih kanak-kanak terbukti lebih bahagia, lebih berempati dan lebih kreatif dibanding remaja umumnya.

"Permainan imajinatif dan teman imajiner membantu melatih anak berinteraksi dengan orang lain, dan melakukan hal-hal yang telah mereka lihat dan dengar. Ini juga meningkatkan kemampuan anak untuk lebih menerima pilihan dan kemungkinan, dan mendorong mereka untuk menjadi lebih ingin tahu, berpikiran terbuka, fleksibel dan spontan," ujar juru bicara Sky.

Lebih detil laporan penelitian mengungkap perempuan hampir dua kali lebih mungkin memiliki teman khayalan ketika muda ketimbang laki-laki.  Meski demikian sejumlah selebriti laki-laki seperti Justin Timberlake, Niall Horan, Kurt Cobain dan Channing Tatum, Blue Lee Ryan dan komedian Kevin Hart juga mengaku memiliki teman khayalan.

Ketika membahas mainan yang suka diemong, banyak laki-laki menyebut itu hanya sebagai kemungkinan. Sedangkan perempuan umumnya mengaku mereka memiliki sebagai bentuk pengabdian  seorang anak. Dan mereka cenderung untuk mempertahankan mainan itu saat usianya beranjak remaja atau bahkan dewasa. Sedangkan pria mengatakan mereka masih memiliki mereka penenang masa kanak-kanak.

"Dalam hal menjaga mainan, tak ada perbedaan antara seorang laki-laki dan perempuan. Mainan yang diemong adalah pengingat waktu ketika mereka mengambil langkah pertama berurusan dengan mereka kecemasan dan ketakutan. Ini adalah pengakuan pertama bahwa mereka adalah makhluk yang terpisah dari orang tua dan harus belajar untuk menenangkan diri sendiri," ujar Donna Dawson, seorang psikolog anak. (femalefirst.co.uk)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI