Awalnya empat perempuan, yaitu Wahyu Widayati (Inonk), Sri Setyoasih (Ting Tong), Atik Sulistyaning Kenconosari dan Sri Lestari (Cempluk) mereka merupakan anggota Teater Gapit. Hingga akhirnya sutradara teater tersebut meninggal, mereka membentuk Kelompok Teater Tari Sahita pada 22 Juni 2001.
Kelompok Teater Tari Sahita konsisten mempergelarkan karya-karya ternamanya seperti Srimpi Srempet, Srimpi Ketawang Lima Ganep, Iber-iber Tledhek Barangan, Alas Banon, Gathik Glinding, Rewangan, dan Sendon Abimanyu. Mereka juga terlibat dalam produksi seniman kenamaan Indonesia seperti Sardono W. Kusumo dalam Opera Diponegoro, Garin Nugroho dalam film Opera Jawa, Atilah Soeryadjaya dalam Matah Ati, dan sebagainya.
Dan, Sabtu (28/2/2015) Keempat perempuan setengah baya ini membawakan karya tari mereka yang kental dengan budaya Jawa berjudul Srimpi Ketawang Limo Ganep yang menceritakan tentang kehidupan.
Pertunjukan tari teatrikal ini terinspirasi oleh sosok bernama Mbah Kawit yang mempunyai prinsip bahwa manusia pada akhirnya akan kembali ke akhirat, dan sesungguhnya kehidupan manusia dan hal duniawi tidak ada yang abadi.
“Mbah Kawit adalah tokoh utama pada lakon Tuk, sebuah naskah drama yang pernah ditampilkan oleh Teater Gapit dalam drama bahasa Jawa. Mbah Kawit mengajarkan manusia untuk tak perlu memusingkan perbuatan buruk orang lain, mari kita bersama-sama menyanyi dengan gembira sambil melakukan kebaikan,” ujar Wahyu Widayati, salah satu anggota Kelompok Teater Tari Sahita.
Pertunjukan selama hampir 60 menit ini didominasi dengan humor dan pembawaan yang penuh jenaka, sehingga membuat para pengunjung tertawa terpingkal-pingkal. Dengan balutan pakaian kebaya dan jarik khas Jawa, juga dengan dandanan ala nenek-nenek lengkap dengan sanggul rambut penuh uban, keempat perempuan Sahita terlihat
sangat merakyat dan mendalami peran Mbah Kawit. Pertunjukan tari ini juga didukung oleh penampilan dari seniman kenamaan Indonesia, Sita Nursanti dan Chandra Satria.
“Saya dan Chandra sangat senang bisa terlibat dalam karya tari Srimpi Ketawang Lima Ganep ini. Meskipun tema yang dibawakan terkesan berat dan sangat kritis pada kondisi saat ini, namun dengan adanya unsur kesenian yang ringan dan penuh humor, sebuah sajian segar bagi para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya,” ujar Sita Nursanti, yang pernah sukses membentuk trio Rida Sita Dewi (RSD).
Sedangkan Chandra Satria mengawali karirnya sebagai penyanyi latar biduan papan atas Indonesia dan mancanegara seperti Chrisye, Harvey Malaiholo, Vina Panduwinata, Krisdayanti, Titi DJ, Brenda Russell, Phil Perry dan Eric Bennett.
Suara.com - Pada tahun 2007 dan 2009, ia merilis dua album solo bersama dengan Ruth Sahanaya dan Sheila Majid. Sarjana Arsitektur Universitas Parahyangan ini juga seringkali mengikuti drama musikal seperti Musikal Laskar Pelangi, Operet Badai untuk Kasih dan Mini Musikal Tresna.