Batu Bacan Paling Banyak Diburu Masyarakat

Kamis, 19 Februari 2015 | 13:42 WIB
Batu Bacan Paling Banyak Diburu Masyarakat
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Memakai batu cincin kini menjadi ngetren lagi. Tak hanya warga desa, bahkan sampai kota. Banyak orang yang sekarang hobi berburu batu, baik untuk dipakai atau sekedar koleksi.

‎Salah satu pusat penjualan batu di Jakarta adalah belakang Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur. Pasar batu ini terletak di gang kecil.
 
Di sini tak hanya tersedia batu yang sudah siap pakai, tapi juga yang masih bahan.

‎Salah satu pedagang batu yang ditemui suara.com bernama Atuk (44). Ia mengatakan menyediakan batu akik dari berbagai daerah.

Di atas lapak yang berukuran 1x1 meter, batu-batu tersebut dipajang. Ada batu Bacan dari Ternate, Maluku Utara, Sungai Dareh dari Sumatera Barat, dan Lumut Aceh.

Atuk menjelaskan batu Bacan yang dia jual ada dua jenis, yaitu Bacan Palamea dan Doko. Kemudian, ada lagi baru lumut Sungai Dareh, Solar dan lumut Aceh dan Kalimaya Banten.

Menurut Atuk batu akik yang saat ini sedang booming adalah jenis Bacan.

"Sekarang yang ‎lagi banyak dicari adalah batu Bacan," kata Atuk.

Karena banyak diburu anggota masyarakat, batu Bacan yang berasal dari kepulauan Bacan, Maluku Utara, ini menjadi primadona. Nilai jualnya juga menjadi lebih mahal dibandingkan batu akik jenis lainnya.

"Bacan yang mahal itu adalah yang bagus, yang sudah kristal (mengkilap)," kata warga asal Banten.

Batu Bacan yang terpajang di lapaknya telah menjadi cincin yang diikat dengan logam dan perak‎. Harga jualnya berkisar mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Tapi tenang saja, harganya masih bisa dinego.

"Batu Bacan yang ukuran kecil saya jual Rp500 ribu, kalau yang ukuran besar harganya berbeda-beda. Rata-rata jutaan, tergantung ‎bersihnya (kejernihan batu). Yang paling mahal saya menjual batu Bacan seharga Rp700 juta tahun 2012," kata Atuk yang telah menggeluti bebatuan selama 20 tahun.

Atuk mengaku para pengunjung yang membeli di tokonya berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari wiraswasta, pegawai negeri, sampai pengusaha. Namun, memang batu yang ia jual tidak memiliki sertifikat khusus. Tapi itu tidak masalah, orang yang hobi tetap saja suka dan percaya.

"Pelanggan saya rata-rata orang yang sudah mengerti batu. Jadi gak perlu pakai sertifikat," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI