Penasaran dengan hobi bebatuan yang kini sedang menjangkitri warga ibu kota, suara.com pun menyambangi Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur. Menurut Andri Wardhana, seorang penggemar bebatuan yang mengaku telah menjalani hobinya sejak 10 tahun silam, salah satu salah satu alasan mengapa bebatuan menjadi tren saat ini adalah karena pergaulan.
Di mana penyuka bebatuan menularkan kesenangannya pada orang-orang di sekitarnya. Ia memakai, memamerkan, membujuk, bahkan menjual cincin koleksinya.
"Saat ini juga semakin bervariasi jenis batu dan pengikatnya, dari yang berbahan kuningan, titanium, perak hingga emas. Jadi semakin banyak pilihan," ujarnya sambil memilih bebatuan di JGC.
Andri mengaku dirinya bukan termasuk orang yang meyakini bebatuan dapat memancarkan energi tertentu pada pemakainya. Namun menurutnya banyak orang percaya dengan mengenakan batu tertentu, pemakainya akan mendapatkan pancaran energi tertentu. Hal inilah yang membuat batu akik semakin diminati.
"Kalau saya sih hanya bersifat sebagai perhiasan dan hobi koleksi saja," ujarnya.
Soal harga, Andri menjelaskan, selain kualitas batu juga dipengaruhi oleh permintaan. Ia mencontohkan batu bacan mahal karena dipakai oleh tokoh masyarakat.
Suara.com - Perawatan
Lantas, adakah aturan khusus ketika ingin menjadikan bebatuan tersebut sebuah perhiasan? Andri menjelaskan, sebenarnya tidak ada aturan yang baku untuk pemilihan cincinnya (pengikatnya). Semua sesuai selera si pemakai.
Akan tetapi ada beberapa jenis batu yang disarankan untuk diikat dengan emas atau perak, contohnya batu mulia, karena bentuk potongannya yang lebih cocok diikat dengan perak atau emas. Kemudian, ada pula jenis batu yang materialnya agak rapuh atau memiliki tingkat kekerasan rendah seperti black opal atau kalimaya dan Widuri bulan.
Maka untuk batu jenis ini, Andri menyarankan untuk diikat dengan logam yang tidak terlalu keras seperti perak atau aloy. Karena apabila dipasangkan dengan ikat berbahan titanium, dikhawatirkan batu akan pecah pada proses pemasangannya.
Beragam cara dilakukan orang untuk merawat batu koleksi mereka.
"Perawatan batu bermacam-macam tergantung jenisnya. Kalau menurut saya beda daerah, beda juga perlakuannya, khususnya terhadap batu cincin. Itu juga tergantung pada keyakinan masing-masing," kata dia lagi.
Contohnya, ada yang merawat batu dengan merendamnya di air hujan, menggunakan air tembakau, ada juga yang direndam dengan Lumpur protein dan lainnya.
"Untuk mendapatkan kilau dari batunya, bisa dengan menggosok dengan lembaran kulit sapi yang ditabur dengan serbuk intan, bisa juga menggosoknya dengan potongan bambu," tutup dia.