Pil Ini Dapat Menggantikan Makanan Sekaligus Melawan Obesitas

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 06 Januari 2015 | 16:01 WIB
Pil Ini Dapat Menggantikan Makanan Sekaligus Melawan Obesitas
Ilustrasi kapsul diet (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebuah makanan imajiner berupa pil, diperkirakan akan menjadi senjata terbaru yang dikembangkan oleh ilmuwan untuk melawan obesitas. Sebuah penelitian dilaporkan di jurnal Nature Medicine, menyebut trik pil ini adalah menyuntikkan pemikiran ke para konsumernya seolah mereka telah mengkonsumsi sejumlah besar kalori atau mereka baru saja makan makanan besar.

Dalam uji-coba awal pada tikus, terungkap pil ini, secara efektif menghentikan kenaikan berat badan, menurunkan kolesterol, mengontrol gula darah dan menurunkan tingkat lemak putih yang tidak sehat.

"Pil ini seperti makanan imajiner. Ini mengirimkan sinyal yang biasa terjadi ketika Anda makan banyak makanan, sehingga tubuh mulai membersihkan ruang untuk menyimpannya. Tetapi tidak ada kalori dan tidak ada perubahan nafsu makan," ujar Dr Ronald Evans, direktur Salk Institute Gene Expression Laboratorium di La Jolla, California yang memimpin penelitian ini.

Obat yang diberi nama fexaramine itu, mengaktifkan protein yang disebut reseptor X farensoid (FXR) yang memicu tubuh melepaskan asam empedu dari hati, mencerna lemak dan gula. Saat awal dikonsumsi, FXR mempersiapkan tubuh untuk masuknya makanan, tidak hanya memicu pelepasan asam empedu, tetapi juga mengubah kadar gula darah dan mendorong pembakaran beberapa lemak.

Obat lain telah dikembangkan sebelumnya yang bekerja pada jalur FXR, tetapi belakangan terbukti memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Hal penting dari fexaramine adalah bahwa hal itu hanya berfungsi dalam usus dan tidak larut ke dalam darah seperti penekan nafsu makan atau obat diet berbasis kafein lainnya.

Karena tidak larut dalam darah, pil ini dinilai  lebih aman daripada obat FXR yang dikembangkan sebelumnya. Namun hal itu masih harus dilakukan uji klinis pada manusia. Yang pasti tikus yang diberikan dosis harian selama lima minggu terbukti peningkatan berat badannya terhenti, kehilangan lemak, dan memiliki lebih rendah gula darah dan kadar kolesterol dibanding tikus yang tidak diberi obat.

Suhu tubuh mereka juga meningkat yang menandakan  metabolisme tubuh mengalami perampingan. Tumpukan lemak di tubuh mereka diubah menjadi bentuk yang lebih sehat. Obat ini bahkan terkena bakteri dalam usus tikus, meskipun apa arti dari perubahan ini belum jelas terungkap. Dr Evans membandingkan efek fexaramine di usus ke awal lari estafet.

"Respon tubuh terhadap makanan seperti lari estafet, dan maisng-masing organ tidak akan pernah melewatkan tongkat estafet. Kami telah meneliti bagaimana untuk memicu runner pertama sehingga sisa peristiwanya berlangsung dalam tatanan alam," ujarnya sambil menambahkan idealnya obat ini akan dipadukan dengan diet dan perubahan gaya hidup untuk memerangi obesitas. (news.com.au)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI