"Ketika Ibu Melupakanku," Kado Untuk Ibu Penderita Alzheimer

Selasa, 23 Desember 2014 | 10:27 WIB
"Ketika Ibu Melupakanku," Kado Untuk Ibu Penderita Alzheimer
DY Suharya dan Dian Purnomo saat peluncuran Buku ‘Ketika Ibu Melupakanku’ di Jakarta, Senin (22/12/2014). (Foto: suara.com/Firsta Nodia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bermula dari ketidaktahuannya tentang penyakit alzheimer, DY Suharya atau yang akrab disapa Diwai menganggap ibunya sebagai orang paling menyebalkan di dunia.

Ia pun memilih kuliah ke luar negeri, karena tak tahan dengan sikap pemarah ibunya yang seringkali membuat kacau seisi rumah.

Setelah 20 tahun kekesalannya kepada sang ibu, pada 2009 Diwai baru memahami ibunya mengalami gangguan fungsi otak Alzheimer. Penyesalan demi penyesalan harus diterima, karena ia baru menyadari bahwa dirinyalah yang selama ini tidak peduli terhadap kondisi sang ibu.

Sebagai bentuk penyesalan dan kado spesial di hari Ibu yang jatuh pada 22 desember, Diwai menuangkan segala kisahnya selama merawat ibu yang ‘melupakannya’ dalam buku bertajuk “Ketika Ibu Melupakanku” yang ditulis bersama sang sahabat, Dian Purnomo.

"Saya pikir ibu saya adalah orang yang paling menyebalkan di dunia saat itu, karena sering menyebalkan. Kata-kata yang sering keluar dalam mulutnya adalah nggak, nggak, dan nggak. Ternyata ini gejala awal dari penyakit alzheimer," ungkap Diwai dalam acara peluncuran buku Ketika Ibu Melupakanku di Jakarta, Senin (22/12/2014).

Kisah 20 tahun Diwai bersinggungan dengan 'isi kepala' sang ibu dan bagaimana ia berdamai dengan penyakit Alzheimer tertuang dalam buku setebal 196 halaman yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama ini. Lewat buku ini, ia ingin berbagi bagaimana memperlakukan penderita Alzheimerr.

Menurutnya dukungan psikologis sangat berdampak bagi penderita Alzheimer yang biasa ditemukan pada usia 65 tahunan ini.

"Saya hanya ingin menekankan pentingnya dukungan dari orang terdekat si penderita. Karena kalau kita bisa dampingi, kita buat dia terhibur maka proses keparahannya bisa melambat," tambah Diwai.

Tak hanya berkisah tentang kisah keluarganya, ia juga mengajak beberapa care giver (pendamping) pasien Alzheimer untuk menceritakan kisah perjuangannya menjadi pendamping kepada para pembaca. Untuk melengkapi informasi mengenai penyakit ini, tak lupa, Diwai menyematkan gejala-gejala yang harus dicurigai pada seseorang yang terkena Alzheimer.

"Saya ingin menekankan pentingnya deteksi dini. Semakin cepat kita tahu orang berperilaku aneh, maka akan semakin cepat juga tertangani dan kemungkinan semakin parah bisa ditekan," jelasnya.

Selain itu, ia juga mengimbau selalu menjaga gaya hidup untuk mencegah terjadinya penyakit Alzheimer. Kini Diwai aktif sebagai penggagas sekaligus eksekutif di Alzheimer Indonesia untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang penyakit demensia Alzheimer.

Ia bersyukur masih bisa menyelamatkan ibu-ibu lainnya untuk mendapatkan perlakuan yang hangat dari orang-orang terdekatnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI