Baru-baru ini ada perdebatan sengit dengan seorang remaja putri, tentang bulu di organ intim alias pubic. Dia bersikeras untuk tidak mencukur habis bulunya dengan berbagai alasan.
"Percayalah, lelaki mengharapkan tidak menemukan bulu di tubuh perempuan," saya mencoba menguliahi dia. Tetapi dia tetap tidak percaya, sehingga saya meminta pendapat teman-teman saya di media sosial. Dari 100 komentar yang masuk, 90 persen laki-laki tidak menghendaki bulu di organ intim perempuan. Tetapi ada juga yang tidak alergi dengan bulu di bawah itu.
"Setiap orang yang ingin seorang perempuan untuk terlihat seperti seorang gadis praremaja mungkin perlu bantuan sebelum ia akhirnya beralih ke pornografi anak. Saya ingin seorang perempuan terlihat seperti layaknya seorang perempuan," ujar David (45).
"Bagus dan pendek yang baik," kata Jason, 21.
"Yah-terawat yang terbaik bagi saya," kata James, 24.
Tanggapan dari para perempuan tak kalah mengejutkan. Sekitar 50 persen, mengaku ingin pasangannya juga mencukur rapi bulunya. Dan setengah lainnya lebih memilih lelaki berbulu.
"Saya suka lelaki saya terlihat seperti laki-laki. Bulu membuat laki-laki terlihat lebih jantan," ujar Meisi.
Andrea, 38, mengatakan bahwa rambut kemaluan pada laki-laki "adalah suatu keharusan. Ini seperti jenggot seksi, tapi di sana."
Pubic, seperti alis atau gaya rambut, benar-benar menemukan dirinya datang dan pergi sesuai tren. Pada tahun 70-an orang menyukai bulu yang penuh. Lantas pada tahun 80-an orang menyukai yang rapi, dan terakhir pada 90-an hingga sekarang, bikini wax menjadi tren. Tren ini tak lepas dengan makin maraknya pornografi, yang habis-habisan mengeksploitasi tubuh perempuan. Akankah tren ini berubah? (menshealth.com)