Kebaya telah 'mencuri' hati Mien R. Uno sejak kecil. Perempuan kelahiran Indramayu, Jawa Barat ini mengaku rasa cintanya ini terinspirasi dari kepiawaian sang bunda dalam memadu-madankan kebaya. Sejak itu, Mien kecil terus berusaha untuk mengenal lebih dalam keindahan wastra budaya melalui kain tradisional dan kebaya.
Kecintaannya terhadap kain tradisional dan kebaya, tergambar dari banyaknya koleksi kebaya yang ia miliki. Tak hanya mengoleksi kebaya kreasi dari perancang kenamaan, Ibu dua anak ini juga mengoleksi kebaya klasik yang ia beli di pasar atau toko khusus kebaya di pelosok Tanah air.
Dan Mien menghadirkan koleksi itu di buku 'Kebayaku' yang diluncurkan kemarin. Bahkan di acara peluncuran buku ini, kebaya-kebaya cantik koleksinya yang dirancang sejumlah deasiner ternama seperti Prajudi, Chossy Latu, Edward Hutabarat dan Didiet Maulana dihadirkan langsung di depan para tamu.
Kebaya-kebaya itu dibuat sesuai keinginan Mien, dan disesuaikan dengan kesempatan yang akan ia hadiri.
Seperti tiga kebaya kreasi Didiet Maulana. Kebaya hitam dengan detil cantik di bagian lengan, yang dipadu dengan kain batik rancangan Iwan Tirta. Menurut Didiet, ia mmeilih warna hitam agar kebaya ini bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan.
"Karena saya belajar desain dari arsitektur, maka saya sangat memperhatikan tampak depan, tampak samping dan tampak belakang. Ini juga membuat estetika perempuan terlihat ketika berjalan karena tampilannya menyeluruh," jelas Didiet tentang karyanya.
Selain itu, adapula kebaya panjang berwarna hijau terang yang dikombinasikan dengan kain songket Palembang.
"Pertama kali melihat kain ini, Ibu Mien langsung jatuh hati dan minta dibuat kebayanya. Sengaja dibuat tidak terlalu banyak aplikasi, karena beliau adalah ratunya mix and match kebaya dengan berbagai aksesoris, seperti kalung dan lain-lain," cerita Didiet.
Sedangkan yang terakhir diperlihatkan Didiet adalah kebaya berwarna putih yang ia kombinasikan dengan tapis lampung.
"Sengaja dibuat khusus white dengan detil warna merah diujungnya. Alternatifnya adalah salah satu kain tradisional sumatera. Dipadukan dengan kebaya agar terlihat sangat chic dan cocok dipakai untuk sore hari," ujar laki-laki berkaca mata ini.
Sedangkan Edward Hutabarat memuji konsistensi Mien yang selalu mengenakan kebaya sesuai pakem.
"Yang menjadi kebanggaan saya pada Mien adalah bagaimana Ibu Mien berkebaya dalam pakemnya. Tetap dengan gaya yang sederhana tapi elegan dan tetap mewakili karakter perempuan Indonesia. Ia selalu berkebaya dan menggunakan sanggul," ujarnya.
Sedangkan Chossy Latu memadukan kebaya berwarna merah karyanya dengan songket dari Palembang hasil kreasi Didiet Maulana. Kebaya ini dibuat khusus untuk acara penganugerahan penghargaan di Monte Carlo.
"Diskusinya cukup panjang. Tante Mien bawa koleksinya. Merahnya seperti apa. Menyesuaikan dengan kebaya yang dibuat mas Chossy," kata Didiet.
Chossy menambahkan pengalamannya saat merancang kebaya untuk perempuan yang disebutnya sangat detil itu.
"Sebenarnya mendesain untuk ibu Mien itu gampang-gampang susah. Ibu mien punya koleksi yang banyak. Bahannya sempit, tetapi harus bisa pakai kebaya," katanya sambil tertawa.