Kiat Berkebaya dari Edward Hutabarat

Kamis, 20 November 2014 | 09:31 WIB
Kiat Berkebaya dari Edward Hutabarat
Mien R. Uno tokoh yang mencintai kebaya (Dok. Mien Uno)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Busana nasional perempuan Indonesia, Kebaya, kini makin diminati perempuan Indonesia. Kebaya kini tak hanya dikenakan pada acara khusus. Banyak perempuan termasuk kaum mudanya, yang mengenakan busana nasional ini untuk kegiatan sehari-hari.

Dan di pasaran kini bermunculan beragam kebaya modifikasi dengan model yang lebih modern.

Desainer Edward Hutabarat menyambut positif fenomena ini. Karena menurutnya ini menunjukkan makin banyak kaum muda yang berpaling pada wastra budaya lokal. Namun ia mengingatkan agar modifikasi itu dilakukan tanpa merusak esensi dan pakem-pakem kebaya. Apalagi jika kebaya akan dikenakan untuk ritual acara tertentu, seperti perkawinan.

"Busana nasional itu kan ada tiga macam. Pertama, kebaya buka depan. Kedua, kebaya buka belakang atau yang dikenal dengan baju kurung. Dan yang terakhir adalah kebaya modifikasi," jelasnya di sela peluncuran buku Mien R. Uno 'Kebayaku', Rabu (19/11/2014) di Jakarta.

Ketika memakai kebaya modifikasi, kata Edward, modifikasilah dari jenis bahan yang akan digunakan, jangan modelnya.

"Busana nasional dan busana tradisional ini adalah bagian dari peradaban bangsa ini. Jadi jangan sampai diobrak-abrik modelnya. Seperti kebaya dengan model berbuntut panjang, payet yang berlebihan di mana-mana, potongan leher yang coak sabrina. Bukannya melestarikan, malah menghancurkan," ujar perancang yang biasa dipanggil Edo itu.

Edo melanjutkan, kebaya yang mencerminkan keanggunan, kearifan dan kebersahajaan perempuan Indonesia ini bisa dipakai apa adanya, dengan memadukan dengan berbagai tradisional Nusantara.

"Justru akan terasa karakternya tanpa harus pakai kebaya yang dimacem-macemin. Pakai aja kebaya Kartini, kenapa memangnya?," cetusnya.



BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI