"Kebayaku" Kisah Kecintaan Mien Uno Pada Kebaya

Kamis, 20 November 2014 | 08:35 WIB
"Kebayaku" Kisah Kecintaan Mien Uno Pada Kebaya
Mien Uno bersama tiga perancang yang mendesain kebaya untuknya. (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kebaya sebagai busana nasional memiliki banyak penggemar fanatik. Salah satunya adalah Pendiri Lembaga Pendidikan Duta Bangsa Rachmini Rachman Uno atau yang lebih dikenal dengan Mien R. Uno.

Perempuan yang banyak bergerak di bidang pendidikan kepribadian ini tak pernah menanggalkan kebaya dalam ebrabgai acar ayang dihadirinya. Termasuk ketika ia menerima penghargaan di luar negeri, Mien Unotak pernah menanggalkan busana yang mencerminkan keanggunan, kecantikan dan kebersahajaan perempuan Indonesia itu.

Kecintaan Mien Uno pada kebaya ini diabadikan dalam buku berjudul 'Kebayaku' yang diluncurkan Rabu (19/11/2014), di Jakarta.

"Kecintaan saya terhadap kebaya sudah muncul sejak kecil, karena Ibu saat itu sangat sering memadankan kebaya. Banyak juga yang bertanya kepada saya bagaimana cara memakai kebaya sesuai dengan kesempatan yang akan dihadiri. Oleh karena itu saya berkeinginan untuk mendokumentasikannya supaya orang-orang bisa langsung mempelajarinya," ujar Mien saat peluncuran bukunya.

Dalam bukunya, Mien menunjukkan kebaya-kebaya cantik koleksinya. Baik hasil perburuannya ke berbagai daerah maupun yang secara khusus dirancang desainer kenamaan Indonesia, seperti Didiet Maulana, Chossy Latu dan Edward Hutabarat.

Selain merupakan upaya pelestarian kebaya sebagai busana nasional, buku yang ditulis oleh Debbie S. Suryawan ini diharapkan juga bisa menginspirasi perempuan bagaimana memadumadankan kebaya yang terkesan modern, tanpa meninggalkan pakem serta nilai kearifan budaya bangsa.

Buku ini, oleh Mien Uno didedikasikan kepada mantan ibu negara, Ani Yudhoyono yang diakui banyak menginspirasinya.

"Dan untuk buku saya sekarang saya membuat buku untuk ibu Ani. Beliau sangat cerdas dan banyak berbuat untuk bangsa. Beliau mendokumentasikan tentang tenun, batik, flora dan fauna khas Indonesia, itulah dedikasi dari beliau," tambah Mien.

Mien mengaku tidak tahu lagi berapa banyak kebaya koleksinya. Ia hanya megatakan lebih menyukai kebaya yang sesuai pakem, yakni kebaya yang tak terlau ramai dan berlebihan hingga menyerupai kostum karnaval.

“Kebaya yang baik itu tidak serta merta menunjukkan seluruh bagian tubuh yang dimiliki. Seharusnya tidak seperti itu,” kata Mien.

Ia mengaku karakter kebaya yang sederhan atapi elegan memberikan inspirasi bahkan telah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI