Menguak Isi Kitab Kama Sutra

Esti Utami Suara.Com
Selasa, 18 November 2014 | 14:47 WIB
Menguak Isi Kitab Kama Sutra
Ilustrasi Kama Sutra di sebuah candi di India (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kama Sutra selama ini lebih banyak ditafsirkan sebagai sebuah kitab yang menunjukkan posisi seks atau pornografi. Tapi sebenarnya Kama Sutra jika diinterpretasikan bukan hanya secara fisik, sama sekali bukan buku porno. Kama Sutra diyakini disusun atas dasar Weda, kitab suci agama Hindu.

Seks dalam kitab itu adalah tindakan suci manusia sebagai makhluk Tuhan untuk melahirkan keturunan. Sebuah proses penciptaan, yang menggabungkan prinsip-prinsip kosmis maskulin dan feminin.  Kama Sutra adalah panduan beradab mengenai seni cinta, erotisme dan kenikmatan hidup. Ini bukan hanya bimbingan untuk istri yang baik, tetapi untuk perempuan beradab  yang terampil, pengertian, cantik dan cerdas.

Pada hewan, energi seksual diarahkan menjadi kreativitas biologis. Namun, pada manusia, energi seksual dapat memicu daya  kreatif pada semua tingkatan, biologis, emosional ataupun fisik. Jadi, apa pun yang dirasakan apakah daya tarik, kebangkitan, gairah, bunga, antusiasme atau bahkan kreativitas itu hasil dari energi seksual.

Kama Sutra mengajarkan bagaimana 'menutrisi' energi ini dengan penuh perhatian, merasakannya dengan sukacita dan menggunakannya untuk tujuan yang lebih besar.

Perumusan pertama dari Kama Shastra (buku peraturan cinta) yang dikaitkan dengan Nandi, pendamping Tuhan Siwa, yang kemudian ditulis dan disimpan dalam bentuk Kama Sutra dengan bijak oleh Vatsyayana pada abad 1-6 Masehi.

Kama Shastra adalah salah satu dari tiga teks-teks kuno yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Dua yang pertama adalah Dharma Shastra (berhubungan dengan moralitas dan cara hidup) serta Artha Shastra (menyangkut kekayaan materi).

Kama digambarkan sebagai golongan ketiga kehidupan. Kama didefinisikan sebagai kenikmatan benda yang sesuai dengan panca indera pendengaran, perasaan, melihat, merasakan dan mencium, dibantu oleh pikiran bersama-sama dengan jiwa (Kama Sutra, 1883).

Selama hubungan seksual, ada penggabungan dari daging dan roh. Oleh karena itu, ada keinginan yang suci dan murni. Kama Sutra panduan individu untuk mencapai kebahagiaan spiritual melalui tindakan main-main. Ketika ada main-main, bukan kebutuhan, tindakan seksual menyebabkan ekstasi. Oleh karena itu, jika seseorang menumbuhkan kebutuhan seksual, itu mengarah ke banyak konflik mental yang akhirnya menyebabkan ketidakpuasan.

"Semua masalah yang berkaitan dengan seks, neurosis, penyimpangan, perilaku seksual, kekerasan, pelecehan, dapat ditelusuri ke resistensi, penekanan dan penindasan - tidak dengan seksual mendesak sendiri. Jika seks diijinkan untuk menemukan dorongannya sendiri tanpa hambatan luar, maka tidak akan pergi ke ekstrem," ujar guru spiritual Deepak Chopra.

Ekstremisme, dalam bentuk apapun, ujarnya merupakan reaksi terhadap penindasan, hambatan. Menurutnya, jika digali lebih jauh,  teks-teks dalam Kama Sutra akan ditemukan setiap posisi seks memiliki penekanan spiritual yang kuat.

"Oleh karena itu, Kama Sutra adalah sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang telah ditafsirkan selama ini. Anda hanya perlu melihat perspektif yang berbeda dari kesenangan dan pengalaman itu untuk merasakan  spiritualitas itu. (boldsky.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI