Beberapa orang yang duduk berjajar itu tampak serius di tengah keramaian kota Jakarta. Sesekali mereka melirik pemandangan kota yang ada di depannya, sementara tangannya sibuk menggoreskan pena ke buku sketsa yang berada di pangkuan mereka.
Dan dalam waktu yang tak terlalu lama, jadilah sebuah sketsa indah tentang pemandangan urban tersebut. Dan rasa puas tercermin di wajah orang-orang itu. Mereka adalah anggota komunitas Indonesia's Sketchers (IS) yang sedang melakukan kegiatan yang biasa mereka sebut dengan nyeket.
Mengerjakan hobi yang disenangi adalah hal yang paling membahagiakan, dan itulah yang dirasakan anggota IS. Mereka menyalurkan kesukaan mereka untuk menggambar sketsa, atau lukisan kasar yang terdiri dari garis besar atau rancangan sebuah gambar. Atau dengan kata lain, sketsa adalah rancangan awal untuk sebuah lukisan atau gambar. Sepintas, sebagian lukisan itu seperti belum selesai, atau oleh sang empunya memang sengaja tidak diselesaikan. Tetapi ada juga sketser yang mewarnai lukisan mereka, biasanya dengan menggunakan cat air.
"Namun, sketsa bisa menjadi karya yang berdiri sendiri," ujar Andry Daud, salah seorang penggiat IS.
Menurut Andry, Indonesia's Sketchers didirikan sebagai wadah berbagi cerita dan pengalaman melalui karya ‘sketsa langsung’. Komunitas yang berdiri pada Agustus 2009 ini, dibidani Atit Dwi Indarty yang ketika itu cukup sering berkunjung ke blog Urban Sketchers, kelompok pelukis sketsa atau sketser internasional.
Di dalam blog tersebut, ditampilkan karya-karya sketsa yang melukiskan suasana urban atau lingkungan perkotaan di banyak negara asal para sketcher. Hanya saja, Atit tidak pernah mendapati ada karya orang Indonesia yang menampilkan suasana perkotaan di Tanah Air.
Dari kegelisahan ini, timbul ide Atit untuk membentuk komunitas sketcher. Selain sebagai ajang silahturahmi, komunitas ini juga menjadi tempat untuk belajar bersama para sketcher di dalam negeri. Ia pun lantas membuat grup bernama Indonesia's Sketchers di jejaring sosial Facebook. Ketika itu, bergabunglah sketcher asal Indonesia yang juga aktif di Urban Sketchers bernama Dhar Chedar. Hingga akhirnya, komunitas IS terbentuk dengan Dhar Chedar sebagai ketuanya.
"Kita biasanya seminggu sekali itu ngadain gathering. Untuk sharing, belajar bareng, sampai ngebahas dan ngerencanain mau live sketching di mana yang kita adain sebulan sekali," kata Andry pada suara.com.
Biasanya mereka memilih tempat-tempat yang eksotis di Jakarta untuk melakukan sketsa langsung atau live sketching adalah sebuah proses di mana para sketser 'menangkap' pemandangan di depan mereka ke kertas sketsa mereka. Ini juga termasuk dalam manifesto atau aturan pembuatan sketsa yang diberlakukan di IS.
"Sketsa atau gambar yang dibuat harus sama dengan apa yang dilihat atau dialami di lokasi melalui pengamatan langsung, baik di dalam maupun di luar ruangan," katanya.
Selain itu, lanjut Andry, sketsa harus bercerita tentang lingkungan tempat tinggal dan pengamatan saat para anggota melakukan perjalanan. Biasanya, dalam kegiatan yang rutin dilaksanakan satu bulan sekali ini, anggota komunitas berkumpul dan nyeket bareng di suatu tempat.
Objeknya berkaitan dengan lokasi yang telah mereka bicarakan dan pilih sebelumnya, saat gathering mingguan berlangsung. Tempat-tempat itu seperti wilayah Kota Tua Jakarta, Taman Suropati, Kebun Binatang Ragunan, Pasar Baru hingga kawasan perkantoran modern.
"Kita biasanya memang pilih landscape dan sketsa urban. Meski begitu, saat tiba di lokasi, anggota dibebaskan mengambil angle atau posisi dan obyek apapun yang ada di hadapan mereka. Kalau mau nyeket dengan objek manusia gak apa-apa juga. Setelah itu baru nanti sharing, semacam presentasi tentang sketsanya," Andry menjelaskan.
Media yang digunakan ketika membuat sketsa dibebaskan. Senyamannya kita, tambah Andry, biasanya yang paling sering dipakai itu drawing pen. Tapi ada juga yang pakai cat air sampai digital, seperti laptop.
Terakhir, IS memberi kebebasan setiap anggotanya untuk memberikan keterangan singkat mengenai situasi, kondisi, tempat, waktu dan teknis atas sketsa yang dibuat. Meski membebaskan para anggotanya untuk bereksplorasi, semua anggota tetap saling berbagi ilmu dalam nyeket di IS.
Menurut Andry, hingga kini sudah banyak orang yang bergabung dengan IS. "Dalam grup yang dibuat melalui facebook, tercatat sekitar 12ribu orang telah bergabung. Kalau yang aktif biasanya di Jakarta itu 30 hingga 40 orangan. Ada juga anggota IS di beberapa kota lain, seperti Bandung, Bogor, Jogja, Semarang, Bali hingga Makassar," jelasnya.
IS juga kerap memamerkan karya anggotanya di beberapa event. Bahkan IS juga sedang merencanakan menggelar pameran tunggal pertamanya dalam waktu dekat.
Andry menegaskan semua orang bisa bergabung dengan IS, jadi tak hanya orang-orang yang jago menggambar saja. Semua bisa ikut belajar dan berbagi ilmu di IS, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, pengusaha hingga orang kantoran. Tak ada batasan umur hingga latar belakang.
Datang saja pada saat komunitas ini mengadakan gathering bulanan di berbagai wilayah. Jika berhalangan hadir, siapa pun bisa mengunggah hasil sketsanya di facebook, Twitter atau blogspot Indonesia’s Sketchers yang menjadi sarana publikasi kegiatan mereka dan karya-karya anggota lainnya. Selain menyalurkan hobi membuat sketsa atau gambar, kata Andry, tak jarang hasil-hasil karya dari beberapa anggota pun menghasilkan uang.
"Dari sketsa-sketsa beberapa anggota, ada yang kita buatkan kartu pos, tumbler sampai kaos, lalu kita jual melalui bazar-bazar, ada juga yang nitip di beberapa toko. Dari situ kita bisa dapet uang. Bagi hasil sama yang punya karya," tutupnya.