Menyaksikan Agungnya Pengabenan Massal di Bali

Esti Utami Suara.Com
Rabu, 12 November 2014 | 21:00 WIB
Menyaksikan Agungnya Pengabenan Massal di Bali
Pengabenan massal di Gianyar, Bali, beberapa waktu lalu [Antara/Nyoman Budhiana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bermimpi menyaksikan tradisi pembakaran jenazah alias ngaben? Segera pesan tiket ke Bali, sekarang juga!  Karena ritual pengabenan massal akan digelar masyarakat Desa Adat Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali pada Jumat (14/11/2014) ini.  Pengabenan massal ini akan melibatkan 113 sawa (jenazah secara simbolis) dan menghabiskan dana sebesar Rp253,1 juta.

"Dana ratusan juta itu bersumber dari swadaya masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang diikutsertakan dalam ritual pengabenan tersebut," kata Ketua panitia Pengabenan Massal tersebut I Nyoman Gede Sutika, Rabu (12/11/2014)

Sutika sudah melaporkan hal itu kepada Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti yang sempat menyaksikan ritual Pitra Yadnya, Nyawa Wedana, Pengabenan dan Ngegalung, di Balai Serba Guna Pupuan.

Dana ratusan juta rupiah tersebut bersumber dari keluarga peserta ritual ngaben dengan rincian 58 sawa masing-masing dikenakan dana Rp4 juta, 31 nglungah (ritual ngaben bayi) masing-masing Rp 500.000 dan 24 ngerapuh (jenazah keluhur yang tidak dikenal) masing-masing Rp400.000.

Puncak kegiatan ngaben yang melibatkan seluruh warga desa adat tersebut akan berlangsung di Setra Adat Pupuan setempat.  Kegiatan ritual ngaben tersebut akan dipuput (dipimpin) oleh Ida pandita Mpu Nabe Dwija Witaraga Sanyasa dari Griya Taman Sari Ashrama Kekeran, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti memberikan apresiasi kepada masyarakat adat Pupuan, karena pengorbanan suci yang tulis iklas (yadnya) dapat dilaksanakan dengan lancar.

Upacara ngaben yang ditandai dengan upacara membakar jenazah lalu secara simbolis menghanyutkan abunya ke sungai atau laut secara konsepsional memiliki makna sebagai pelepasan manusia dari belengu keduniawian.  Sedangkan bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan perlambang bahwa pihak keluarga telah ikhlas, dan merelakan kepergian dari yang bersangkutan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI