Karya Lima Perancang Menutup Gelaran JFW 2015

Sabtu, 08 November 2014 | 15:42 WIB
Karya Lima Perancang Menutup Gelaran JFW 2015
Priyo Oktaviano di gelaran DFK (suara.com/Kurniawan Mas'ud)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dewi Fashion Knights (DFK) menutup pagelaran fashion terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, Jakarta Fashion Week (JFW) 2015.  DFK kali ini mengusung tema "A Journey to The World" dan digelar di panggung Fashion Tent, Senayan City, Jakarta, Jumat (7/11/2014) malam.

DFK adalah ajang untuk mencari bakat di dunia mode Indonesia, dan kali ini telah memilih lima desainer berbakat Indonesia untuk menampilkan koleksinya. Mereka adalah Auguste Susastro, Priyo Oktaviano, Sapto Djojokartiko, NurZahra, dan Vinora Ng. Dua nama terakhir terbilang wajah baru di DFK, dan mereka menampilkan busana muslim.

Masing-masing desainer diminta menjemput inspirasi dari beberapa belahan dunia dan menampilkannya pada pagelaran penutup JFW 2015 ini, setelah melalui proses penilaian oleh dewan juri.

Pagelaran DFK dibuka dengan persembahan maha karya batik rancangan Iwan Tirta Private Collection, yang bertema Hasta Brata, sebuah filosofi kepemimpinan alam semesta. Menampilkan 12 koleksinya, Iwan Tirta Private Collection mengabadikan motif Pisan Bali Manggar Latar Truntum klasik, yang menjadi ciri khas sang maestro.



Lantas disusul lima desainer yang terpilih dalam DFK tahun ini pun menampilkan koleksinya masing-masing.  Dimulai dari Priyo Oktaviano.

"Kali ini inspirasiku berasal dari keindahan alam, terutama hutan di Afrika. Namun, aku tetap memberikan sentuhan lokal dengan menggunakan tenun dari Klaten sebagai material utamanya," kata Priyo yang sudah enam kali tampil di DFK.

Di tangan Priyo, eksotisme Afrika hadir dengan palet warna biru bertajuk "African Blue". Dari 13 set busana perempuan yang ditampilkan Priyo, sebagian besar menggunakan bahan denim sehingga berkesan busana kasual dengan garis sporty, feminin, modern, edgy dan membentuk siluet sexy wide, menggambarkan alam hutan luas Afrika.

Koleksi dari Auguste Susastro yang menyusul kemudian terinspirasi dari jaman Rusia kerajaan. Tema ini dipadukan dengan koleksi yang bertema peranakan dan batik pesisir yang telah disiapkan sebelumnya.
Arktik dan Antartika menjadi tema koleksi Vinora Ng. Busana berwarna monokronatis hadir dengan potongan semi couture, dengan tambahan tekstur garis yang tegas.

Suara.com -

Adapun NurZahra menghadirkan tema American- Indian dalam koleksinya. Kali ini, NurZahra mengaplikasikan detil rumbai untuk memperkuat kesan Indian.

"Label NurZahra itu DNA nya di pattern. Jadi kali ini kita bermain dan mengeksplor motif Indian dan Islami geometrik. Warna lebih ke earth colour, seperti coklat dan biru," terang Windri Dhari, desainer dan pendiri NurZahra.



Pagelaran ditutup dengan karya Sapto Djojokartiko yang menampilkan intepretasinya terhadap Mata Hari, perempuan paling kontroversial sepanjang paruh awal abad ke-20 pada busana Prèt-A-Couture Evening Wear 2015 nya.

REKOMENDASI

TERKINI