Budaya peranakan, yang lahir karena adanya percampuran budaya Cina dan lokal Indonesia sangat kaya dan seolah tak ada habisnya untuk digali. Salah satu desainer yang menggarap ranah yang satu ini adalah Jeanny Ang, yang menggelar karyanya di ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Rabu (5/11/2014).
Sebanyak 48 koleksi bertajuk "Kebaya Nona" digelar Jeanny di panggung Fashion Tent. Kebaya-kebaya nyonya atau yang dikenal dengan kebaya encim ini dipadu dengan batik bermotif buketan.
Jeanny memunculkan ragam koleksinya melalui empat sekuen, yakni Morning mood, Day smile, Afternoon bloom dan Evening chic yang mencerminkan busana yang dapat dikenakan sehari-hari, dari pagi hingga malam hari.
"Saya ingin memberikan inspirasi pada setiap perempuan, bahwa memakai batik dan kebaya tak harus pada acara-acara tertentu saja. Tapi juga bisa dipakai sehari-hari. Maka saya hadirkan look yang berbeda, untuk pagi, siang, sore dan malam. Saya berusaha mempertemukan kebutuhan busana siap pakai dengan hal-hal yang bernuansa Indonesia," ujar Jeanny Ang dalam konferensi persnya.
Untuk mengangkat motif buketan yang cocok dengan kebaya encim, yakni kebaya nyonya, Jeanny mengaku telah melakukan riset mendalam.
"Saya ingin menggunakan batik peranakan dalam koleksi Beauty treasure ini. Setelah riset panjang akhirnya saya menemukan motif buketan dan mengambilnya sebagai motif utama," jelasnya.
Kebaya nyonya atau yang biasa dikenal dengan kebaya encim biasa menghadirkan warna-warna yang terang. Itu pula yang dihadirkan Jeanny dalam koleksi kali ini. Semangat peranakan terbias lewat warna-warna bunga-bunga tropis yang memberikan kesan keanggunan, cerah dan modern.
Warna-warna, seperti biru langit, biru muda, kuning neon, fuchsia, merah muda, putih, hijau terang dan cokelat muda yang mencerminkan pribadi perempuan-perempuan peranakan yang ceria, menyenangkan dan ramah.
Untuk kebaya encimnya, Jeanny menambahkan bordir buketan di beberapa bagian, seperti bagian kerah, pergelangan tangan, hingga punggung. Untuk menghasilkan kain batik dengan motif buketan yang cocok dikenakan pada pagi atau siang hari, Jeanny menggunakan teknik duplex printing yang menghasilkan motif batik yang serupa pada kedua sisi kain.
Sore kemarin Jeanny juga menghadirkan gaun pendek dari tenun garut dan gaun malam yang ditampilkan pada sekuen ketiga dan keempat. Untuk busana sore, Jeanny bermain dengan bahan bermotif seperti tenun garut dan damask, serta tafetta sutra dan organdi sutra metalik untuk gaun malamnya.
Gaun malam ini memiliki potongan rok menggembung dengan detil bordir batik di bagian atas gaun, yang memberi efek dramatis dan bertekstur. Warna yang dipilih seperti coral, hijau mint, light gold dan dusty pink menyuntikkan keceriaan dalam karya Jeanny kali ini.