"The Ceremony of Java" dari Oscar Lawalata

Rabu, 05 November 2014 | 07:56 WIB
"The Ceremony of Java" dari Oscar Lawalata
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kekayaan budaya Nusantara seakan tak ada habisnya untuk dieksplore. Itu pendapat desainer Oscar Lawalata. Dan di hari keempat Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Selasa (4/11/2014), desainer berambut panjang ini mengangkat kebudayaan Jawa dalam karya yang diberi tajuk "The Ceremony of Java". Kali ini, Oscar menggandeng desainer asal Belanda, Mada van Gaans.

Upacara Jawa menjadi inspirasi bagi dua desainer yang berbeda latar belakang dan kebudayaan itu. Di sini, Oscar mengangkat karakter penari Bedoyo yang lembut dan lemah gemulai dalam karyanya.

"Kali ini, kami fokus pada kebudayaan Jawa, yang sarat dengan upacara adatnya. Karya ini adalah salah satu bentuk kolaborasi, bagaimana kita melihat kebudayaan Jawa dari kacamata saya, dan kacamata Mada, yang berasal dari Holland," ujar Oscar dalam konferensi persnya.

Kedua karakter perempuan Jawa pun digambarkan dalam sebuah karya yang anggun dan bersahaja oleh label miliknya, yakni Oscar Lawalata Culture, melalui lini Lokchan dan Mongoloid.

Batik sebagai elemen esensial dari Lokchan seolah menjadi lambang sejarah masa lalu di masa kini, dengan ditata secara inovatif dalam teknik cutting futuristik. Sementara Mongoloid mentransformasikan budaya Jawa  menjadi sebuah mahakarya yang merupakan pernyataan dari sifat anggun, seperti dalam setiap gerakan Penari Bedoyo.



Potongan busana tradisional yang terinspirasi dari penari Bedoyo, oleh Oscar dibuat dalam  struktur modern dan kekinian. Siluet longgar serta bahan loose yang  dipilih Oscar, terasa ringan dan jatuh mengikuti tubuh, membuat siapapun yang mengenakan terlihat anggun dan elegan.

Sebanyak 48 koleksinya kali ini, tampil dengan warna alam dan emas yang memberikan kekuatan kerajaan. Sedangkan kain prada muncul dalam warna yang lebih gelap. Koleksi Oscar hadir dalam busana siap pakai, dengan potongan kemben, beragam outer, celana flare hingga kain yang diikat sebagai rok.

Suara.com -

Untuk gaun malam Oscar memilih palet warna hitam, dengan aksesoris belt tebal untuk membentuk siluet pada bagian pinggang. Gaun-gaun ini memiliki potongan terbuka di bagian punggung yang membuat koleksi ini terlihat sensual.

Sedangkan bagi Mada, desainer asal Amsterdam, kebudayaan Jawa yang kental, menginspirasinya untuk membuat aksesoris tradisional pertamanya. Sebelumnya, Mada hanya berfokus pada rancangan busana yang feminin, futuristic dan edgy.

"Saya menyukai budaya Indonesia. Kebetulan saya mengenal Oscar di Amsterdam. Kami banyak berdiskusi dan bertukar pikiran satu sama lain. Apalagi saat itu ia banyak menceritakan tentang upacara budaya Jawa," jelas Mada.

Ketertarikan Mada pada budaya Jawa melahirkan sekitar 60 koleksi aksesoris, yang sebagian besar terinspirasi dari foto hitam dan putih tua dari 1.860 penari tradisional Bedoyo dari Yogyakarta. Ia mentransformasikannya dalam beragam akseroris seperti belt, headpiece hingga anting dengan trademark dua burung, yakni burung merak dan burung bermahkota.

Sebagai bahan digunakan kulit yang dipadu  logam emas. Nuansa futuristik dan feminin, hadir lewat teknik cutting yang melambangkan wayang kulit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI