Kharisma Seseorang Terpancar dari Cara Pidatonya

Selasa, 04 November 2014 | 19:01 WIB
Kharisma Seseorang Terpancar dari Cara Pidatonya
Presiden Amerika Serikat Barack Obama. (Antara/Reuters/Mike Segar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apakah politikus favorit Anda benar-benar orang yang memiliki karisma dan menyenangkan seperti yang Anda pikirkan, atau itu semua hanya ilusi semata?

Sebuah penelitian baru-baru ini dari Unviersity of California, Los Angeles, menunjukan bahwa apa yang politisi katakan tidak sepenting dengan aksinya dalam menyampaikan itu.

Memanipulasi intonasi suara untuk menarik perhatian publik merupakan taktik baru dalam dunia politik. Presiden Barack Obama diakui sangat mudah menarik simpati publik dalam pidatonya dengan kata-kata yang tertata sedemikian baiknya.

Rosario Signorello, seorang sarjana postdoctoral di UCLA’s Bureau of Glottal Affairs, tertarik dengan bagaimana politisi Italia Umberto Bossi yang dikenal sang otoriter, tapi baik hati menderita kesulitan bicara karena stroke. Didorong dari pengalaman ini, Signorello memimpin studi tentang ilmu yang mempelajari tata cara berbicara yang karismatik. Ia menyimpulkan bahwa suara-suara itu terdiri dari dua elemen dasar: berasal dari biologis dan berdasarkan bahasa atau budaya yang diadopsi.

Untuk memahami cara itu, agar seseorang dapat berbicara dengan baik tanpa adanya kesulitan pada saat menyampaikannya, peneliti dan timnya menggunakan teknik yang disebut dialektika. Ini memungkinkan untuk menghilangkan pengaruh subjektif dari isi pidato yang kita sampaikan.

Tim peneliti telah mengompilasi pidato politik pilihan dari Italia, Prancis, dan Portugal. Mereka kemudian menganalisis pidato menggunakan teknik dialektika dan menerima balasan dari ahli bahasa.
Dari analisis ini, peneliti menyimpulkan bahwa pendengar akan lebih terkesima dengan suatu pidato karena adanya perpaduan suara speaker yang menggema namun lirih di lapangan luas yang telah di atur sedemikian menariknya. Mereka yang berbicara dengan frekuensi yang lebih tinggi justru dipandang sebagai cara penyampaian yang sopan.

Namun persepsi orang akan pidato ini, tidak terlepas dari bahasa dan budaya. Di Prancis, politisi yang disukai adalah yang menyampaikan pidato dengan suara yang tenang dan berwibawa. Sementara di Italia, politisi dengan suara yang lebih rendah saat penyampaian pidato lebih disukai.

"Fungsi ini harus dipelajari setiap politisi, tergantung pada bahasa yang kita ucapkan dan disaring oleh budaya yang dimiliki tiap negara", kata Signorello pada BBC.

Dengan sengaja mengubah intonasi suara yang kita sampaikan memang tidak menjamin akan sesuai dengan yang kita harapkan, namun menurunkan nada bicara dapat membantu untuk menyampaikan pidato dengan lancar.

Meskipun ada atau tidaknya resep untuk membuat suara seseorang sangat disukai oleh orang lain, peneliti dalam studi tersebut menyimpulkan bahwa orang-orang dari berbagai budaya tampaknya memiliki cara tersendiri untuk memanipulasi cara berbicara mereka untuk membuat orang yang mendengar terkesan. (Medical Daily)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI