Sentuhan Korea dari "Sunday to Monday"

Selasa, 04 November 2014 | 09:58 WIB
Sentuhan Korea dari "Sunday to Monday"
Gaya Korea ala "Monday to Sunday" (suara.com/Dinda Rachmawati)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Seperti apa drama Korea dan KPop mempengaruhi dunia fashion Indonesia? Hal ini coba digambarkan dalam show bertajuk "Film dan Serial Drama Korea" di hari ketiga gelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2015. Korean Culture Center menggandeng dua label lokal dari Indonesia Fashion Forward, Yosafat Dwi Kurniawan dan Monday to Sunday menampilkan koleksi dengan sentuhan negeri ginseng.

Show di panggung Fashion Tent, Senayan City, Jakarta, pada Senin (3/11/2014) petang itu dibuka Sunday to Monday. Koleksi terbarunya yang terinspirasi serial drama Korea Coffee Prince ini, banyak mengangkat tren seputar gaya hidup anak muda urban masa kini. Kesegaran fashion modern yang playfull kuat terasa dalam koleksi ini.

Koleksi bertema "Bon Appetit" ini juga memiliki potongan asimetris yang menjadi ciri khas dari label yang dibelakangi Duo desainer, Dita dan Mellyun ini.

"Dalam karya ini, kami mengangkat topik kesehatan ke fashion dengan menghadirkan ragam tanaman dan bunga yang bisa dikonsumsi. Salah satunya adalah kopi. Di Indonesia, ada kopi luwak. Sedangkan dalam Korean Culture kami melihatnya lebih pada serial drama Koreanya, yakni Coffee Prince," jelas dua perancang muda ini.

Monday to Sunday bermain dengan teknik digital printing dengan ragam tanaman dan bunga di atas bahan sifon dan sutera yang ringan.

Meski begitu, sentuhan Korea kental terasa di 24 potong busana yang memiliki karakter loose dan unik ini. Potongan busana edgy, seperti celana-celana bersiluet lurus, longgar dan crop atau menggantung. Koleksi yang didominasi dengan palet warna putih, hitam dan abu-abu ini juga menghadirkan beberapa celana yang dilapisi bahan lain seolah seperti kancing kemeja.

Sedangkan Yosafat Dwi Kurniawan, terasa begitu kontras. Koleksi yang terinspirasi dari film Korea "Masquerade" ini terlihat agak dramatis.

"Film ini bertema kerajaan yang gelap dan dramatis. Ini saya perlihatkan dalam siluet karya saya. Darknya berupa bayangan. Selain itu, warna, elemen dan teksturnya juga terinspirasi dari film ini," jelas Yosafat.

Bayangan hitam atau dark cloud dalam busananya, oleh Yosafat dihadirkan dengan metode digital print.  Sebanyak 24 busana dalam warna gelap seperti hitam, marun dan keemasan ini memiliki potongan tinggi, dengan garis busana yang kuat, strutural dan tegas.

Beberapa struktur busana dibuat kaku dengan rok yang mengembung. Gaun malam yang ditawarkan juga tampil dengan detail cutout di sisi pinggang. Printing mawar yang diaplikasikan dalam beberapa blouse dan rok dengan bahan gelap menambah kesan dramatis dan edgy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI