Ribuan warga memadati areal rest area Gunung Kelud yang terletak di ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut. Mereka datang untuk meramaikan Festival Kelud atau yang dikenal dengan Festival 1.000 Tumpeng, Minggu (2/11/2014) siang.
Dalam festival budaya itu digelar 1.000 tumpeng yang isinya makanan lengkap dengan lauk serta hasil bumi, seperti umbi-umbian, buah, dan hasil bumi lainnya. Warga setempat, para sesepuh adat, jajaran pemerintah kabupaten hingga perangkat desa berkumpul bersama dalam kegiatan itu.
Setelah dibacakan doa bersama, warga saling berebut tumpeng untuk disantap bersama. Sementara tumpeng utama, yang berisi hasil bumi serta nasi lengkap dengan lauknya dari Desa Sugihwaras, dibawa dekat ke puncak gunung. Di tempat itu, juga digelar doa bersama agar diberi keselamatan dan keberkahan rejeki.
"Ini untuk bersih desa dan melestarikan adat budaya. Tumpeng ini sebagai perwujudan syukur atas rejeki yang telah diberikan Tuhan pada umatNya," kata Ngaseri Camat Ngancar.
Ia menambahkan festival ini, juga menjadi ajang silaturahmi dan menyatukan perbedaan. Semua warga, tidak memandang dari kelompok ataupun agama, yang ingin membawa tumpeng dipersilakan.
Selain untuk melihat festival budaya, warga yang datang dari Kediri dan sekitarnya itu juga ingin mengetahui secara langsung kondisi Gunung Kelud, setelah erupsi yang terjadi pada Februari 2014. Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, erupsi pada Februari 2014 dan mengeluarkan material vulkanik berupa batu, pasir, dan debu. Material erupsi itu menimpa tiga daerah terdampak langsung, seperti Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang. Namun, untuk material debu sampai di seluruh Pulau Jawa.
Akibat dari erupsi itu, ribuan rumah warga rusak. Puluhan ribu hektare lahan pertanian serta infrastruktur jalan ataupun jembatan juga banyak yang rusak. (Antara)