Suara.com - Di hari ketiga gelaran Bazaar Fashion Festival, lima perancang menggelar karya mereka bersama. Satu benang merah menghubungkan karya lima perancang ini, yakni nafas Tionghoa atau yang biasa dikenal dengan peranakan yang sangat kental. Lima perancang itu adalah Adrianto Halim, Ghea Panggabean, Yongki Budisutisna, Widhi Budimulia dan Stephanus Hamy.
Gelaran fashion show bertema peranakan, yang berlangsung Jumat (24/10/2014) petang itu dibuka oleh koleksi rancangan Ghea Panggabean dengan tema "The Splendour of Phoenix". Busana tersebut memiliki detil khas budaya Cina yang kental, mulai dari motif, bordir, manik-manik yang diaplikasikan dalam gaya trendi.
Ghea memberikan siluet kebaya dan kain dalam warna merah marun. Tak ketinggalan bordir emas berbentuk burung phoenix yang semakin memperkuat nafas oriental.
Selanjutnya adalah koleksi Adrianto Halim yang mengangkat tema "Oriental Atmosphere". Busana ini tercipta dengan inspirasi kehidupan perkotaan yang sibuk, sehingga membutuhkan pakaian praktis namun tetap elegan. Delapan koleksi Adrianto didominasi dengan warna putih dan oranye, dengan sentuhan budaya peranakan berupa motif bunga warna-warni dan kancing shanghai.
"Kehidupan China peranakan sudah banyak yang dipengaruhi oleh budaya barat, khususnya budaya Belanda. Jadi saya mencoba membuat koleksi ini dengan style budaya barat tapi tetap mengambil unsur oriental," ujar Adrianto dalam jumpa persnya.
Koleksi peranakan juga dihadirkan Yongki Budisutisna dengan tema "Remembrance". Rancangannya tampil ceria dan playful dengan siluet A dan H yang terkesan retro. Rok lebar, rok balon yang bervolume ataupun rok pensil berdetail zipper yang modern.
Koleksi yang menggunakan batik tulis Cirebon berwarna cerah ini terinspirasi dari perpaduan keindahan kebudayaan Oriental, Eropa dan Melayu yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia.
Stephanus Hamy lebih memilih menghadirkan koleksi bertema Peranakan Cirebon Batik dengan kesan yang lebih klasik. Sebuah koleksi yang mencerminkan budaya peranakan yang dipadupadankan dengan budaya Indonesia. Ia menyelaraskan atasan polos dengan gore skirts bermotif batik dan warna-warna pelangi.
Fashion show dengan tema peranakan ini ditutup dengan koleksi rancangan dari Widhi Budimulia bertema "Bridging Culture". Widhi menampilkan koleksi bernuansa emas yang melambangkan kemakmuran dengan siluet bangunan arsitektur Pagoda atau Kuil. Busana yang terdiri dari dress, blouse dan pants ini memakai bahan jaquard, organdi dan lace dengan detil beads dan bulu.
"Terinspirasi dari perjalanan kebudayaan Cina ke Indonesia dan mereka membaur dengan kebudayaan kita. Koleksi terinspirasi model kebaya encim, kerah shanghai. Menjembatani dua kultur berbeda, tapi masuk juga unsur dari barat ala victorian zaman Belanda," jelas Widhi. (Dinda Rachmawati)